Hari itu tepat pada Jum’at, 8
Februari 2013 sekitar 10 ribu kader dan simpatikan PKS se-Yogyakarta berbondong-bondong
menuju gedung Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta. Jumlah ini bukanlah total
keseluruhan kader dan simpatisan PKS yang ada di Yogyakarta.
Saya bersama dengan Murobbi begitu
semangat menuju tempat konsolidasi dilaksanakan. Bagaimana tidak, kami akan
bertemu dengan Presiden baru kami, Ustadz Anis Matta, Lc. Kami berangkat menuju
lokasi sekitar pukul 14.30 wib. Sebenarnya kami tidak begitu tahu jalan menuju
Graha Wana Bhakti Yasa, kami hanya bermodalkan sms ancer-ancer dari teman akhwat yang lain dan alhamdulillah sampai
juga di tempat acara konsolidasi berlangsung.
Di sepanjang jalan tempat konsolidasi
berkibar bendera PKS sebagai tanda bahwa disekitar tempat itu ada acara PKS.
Subhanallah, begitu ramainya yang datang memenuhi lokasi. Begitu membahagiakan
berjumpa dengan para kader dan simpatisan yang belum pernah bertemu sebelumnya.
Tampak semangat yang terpancar dari wajah teduh mereka. Bukan hanya mereka
(kader & simpatisan remaja & dewasa), namun bahagia itu juga terpancar
pada wajah jundi-jundi kecil Allah.
Saat tiba di lokasi, bertepatan
dengan waktu shalat Ashar. Maka kami semua secara berjamaah menunaikan shalat
Ashar. Sesuai dengan Ta’limat yang diberitahukan sebelumnya bahwa diharapkan
kami menjaga wudhu dari rumah agar bisa melaksanakan shalat berjamaah.
Sekitar pukul 16.30, Ustadz Anis
Matta, Lc. memulai taujihnya. Berikut ini adalah isi taujih lengkap beliau (http://www.pks-purbalingga.org/2013/02/pidato-presiden-pks-anis-matta-pada.html)
:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Pada kesempatan ini ikhwah sekalian, saya ingin
menyampaikan 3 prinsip tentang cara kita keluar (dari situasi sulit).
PRINSIP YANG PERTAMA. “Jangan pernah kehilangan
kegembiraan”.
Dalam situasi apapun kita harus menyimpan kegembiraan didalam hati kita dan menyimpan sebuah bungker yang kuat diatasnya sehingga dibom sekuat apapun kita tidak akan kehilangan kegembiraan. Kita bisa melewati hari-hari yang sulit ini sambil tertawa. Karena musibah ini isyarat Allah kalau kita akan naik kelas.
Dalam situasi apapun kita harus menyimpan kegembiraan didalam hati kita dan menyimpan sebuah bungker yang kuat diatasnya sehingga dibom sekuat apapun kita tidak akan kehilangan kegembiraan. Kita bisa melewati hari-hari yang sulit ini sambil tertawa. Karena musibah ini isyarat Allah kalau kita akan naik kelas.
Didalam kaidah fiqih: al amru idza dhoqat tasaa’
wa idzat tasaa…… Urusan itu kalau menyempit dia meluas, kalau meluas dia
menyempit.
Contohnya sholat, kalau kita dalam kota tidak
boleh jama qashar. Karena kita dalam keadaan ‘lapang’. Tapi kalau kita musafir,
dalam kondisi ‘sempit’, kita mendapatkan begitu banyak ‘kelapangan’ rukhshoh,
kemudahan utk jama qasar. Itulah terapan dari kaidah ini. Urusan itu kalau
menyempit dia meluas, kalau meluas dia menyempit. Jadi waktu kita kepepet
disitulah letak peluang itu. Waktu kita terjepit disitulah Allah membuka
peluang.
Itulah sebabnya ketika seluruh pasukan Khandaq
sedang mengepung Madinah dan Rasulullah hanya mendapatkan sisa waktu 6 hari
untuk bergerak membangun parit dengan lebar 6 m dan dalamnya 3 meter dan harus
menutupi setengah kota madinah di tengah musim dingin. Dan yang mereka hadapi
10.000 pasukan koalisi.
Begitu tegangnya situasi ini sampai-sampai Allah
menurunkan satu surat khusus dalam Al-Quran, surat Al-Ahzab ‘partai-partai,
golongan-golongan, kekuatan-kekuatan semuanya menyatu memerangi’.
Dan luar biasa efek tekanan jiwanya bagi kaum
muslimin ketika itu.
Coba perhatikan al quran melukiskan situasinya
dalam bentuk lukisan fisik… (33:10-11) wa idz zaa ghotil abshar (dan ingatlah
tatkala mata kalian membelalak), wabalaghotil qulubul hanajir (dan jantung
kalian sudah sampai tenggorokan), wa tadzunnuna billahidzdzununaa (dan kalian
mulai menduga-duga yang buruk terhadap Allah), hunaalikab tuliyal mu’minun
(ditempat itulah, di waktu itulah orang-orang mu’min diuji), wazulzilu zilzalan
syadida (dan mereka digoncang segoncang-goncangnya).
Suatu saat kaum muslimin dalam penggalian parit
itu menemukan batu yang sangat besar dan tidak bisa mereka pecahkan. Akhirnya
Rasulullah mengambil kampaknya dan memukul batu karang itu, dan setiap satu
pukulan Rasulullah mengucapkan… latuftahannar ruum… (nanti Romawi pasti kita
bebaskan).
Antum tahu ikhwah sekalian, dimanakah Rasulullah
menjanjikan pembebasan Romawi itu? Dan kapan situasinya Rasulullah menjanjikan
pembebasan Romawi itu? Justru ketika mereka semuanya sedang terkepung.
latuftahannar ruum…!!
Jadi ikhwah sekalian, berbahagialah antum semua
karena kita akan menjalni sebuah taqdir yang lain. Bahwa apa yang tampak sebuah
keterpurukan, apa yang tampak sebagai sebuah keterjepitan, apa yang tampak
sebagai sebuah musibah sesungguhnya adalah sebuah pintu kecil yang akan
mengantarkan kita kepada jalan panjang menuju kemenangan insya Allah.
Jadi kita harus mempertahankan harapan kita,
optimisme kita, kebahagiaan kita. Jangan pernah membiarkan orang lain membuat
kita sedih, jangan pernah membiarkan orang lain menciptakan peristiwa yang
mengubah hidup kita, jangan pernah membiarkan orang lain menentukan masa depan
kita sendiri.
Suatu saat presiden Bosnia waktu bertempur
dibantai oleh Serbia, dan saya selalu mengulang-ulangi cerita ini karena ini
luar biasa pengaruhnya bagi saya pribadi, di tahun 93-94 diwawancarai oleh
majalah News Week, tentang pembantaian dan perang Bosnia-Serbia, beliau ditanya
tentang masa depan perang Bosnia dan Serbia. Beliau mengatakan, “Yang akan
memenangkan pertempuran ini bukanlah siapa yang membunuh lebih banyak, tapi
siapa yang bisa bertahan hidup lebih lama”.
Jadi ikhwah sekalian, ini bukan tentang berapa
korban yang ada dari setiap partai. Tapi di tengah semua upaya bumi hangus ini,
yang akan memenangkan pertarungan itu nanti adalah yang bisa bertahan hidup
lebih lama. Dan insya Allah kita semua memiliki syarat-syarat kehidupan yang
lama itu.
Itu prinsip yang pertama.
PRINSIP YANG KEDUA, ikhwah sekalian, berfikirlah
dengan cara yang tidak dipikirkan oleh lawan-lawan kalian.
Jangan membiarkan kalimat-kalimat para pengamat
itu membentuk cara kalian berfikir. Tapi berfikirlah dengan cara yang tidak
dipikirkan oleh para pengamat itu. Jangan biarkan komentar-komentar orang
membentuk cara kalian berfikir, tapi berfikirlah dengan cara yang tidak mereka
pikirkan. Maka kalian akan menemukan satu kekuatan karena kalian faham cara
mereka berfikir tapi mereka tidak faham cara kalian berfikir.
Itulah rahasia kejeniusan Khalid bin Walid dalam
perang Yarmuk, 36.000 pasukan melawan 240.000.
Kalau antum membaca buku The Root Strategy, akar
strategi, kita akan menemukan disitu suatu fakta bahwasanya strategi perang
konvensional itu pertama-pertama diwariskan oleh orang-orang Romawi.
Orang-orang arab yang berperang melawan romawai ini tidak punya pengalaman
bertempur melawan pasukan konvensional seperti itu. Pengalaman mereka gerilya.
Tapi Khalid bin Walid menguasai cara berfikir
dan strategi perang konvensional itu, semntara orang-orang Romawi karena sudah
terlalu terbiasa menjalani perang konvensional tidak tahu lagi cara-cara perang
gerilya. Jadi begitu Khalid mengkombinasikan antara taktik perang gerilya
dengan taktik perang konvensional, dia mempunyai satu sisi keunggulan, yaitu
taktik perang gerilya yang tidak dimiliki oleh pasukan romawi.
Tetapi untuk melawan pasukan yang sangat besar
seperti itu, ikhwah sekalian, diperlukan suatu saat untuk melampaui ketakutan.
Kenapa? Karena begitu kaum muslimin berhadapan dengan pasukan itu, diperlukan
waktu berapa bulan untuk saling berhadapan tapi tidak saling menyerang. Kenapa?
Karena pasukan muslimin ini juga ragu-ragu menyerang, sebab mereka tidak pernah
berhadapan dengan pasukan sebesar itu. Tapi orang-orang Romawi juga ragu-ragu
menyerang, mereka memang besar, tapi pasukan kecil muslimin ini tidak pernah
punya sejarah kalah. Jadi begitu Khalid datang, dia membaca situasi jiwa ini,
dia segera mengambil aturan: kita gantian jadi komandan pasukan. Dan sekarang
kita putuskan kita yang akan memulai menyerang. Satu bulan persiapan, satu
bulan menyerang.
Dalam pidato penyerangan ini khalid mengatakan..
“Ya ma’syaral muslimin… ini adalah satu hari dari sekian banyak hari-hari
Allah… ikhlaskanlah jihad kalian untuk Allah SWT.” Selanjutnya Khalid
mengatakan, dan ini yang saya garisbawahi, “Daripada kalian sibuk menghitung
jumlah musuh kalian, lebih baik kalian sibuk menyembelih leher-leher musuh
kalian”. Barulah perang dimulai, dan mereka menuntaskan perang itu. Khalid
berfikir dengan cara yang tidak difikirkan oleh orang-orang Romawi.
Kalau kita ingin mengalahkan yang besar-besar,
berfikirlah dengan cara yang tidak difikirkan oleh yang besar-besar itu. Itu
sebabnya saya juga mengatakan, kalau kita ingin berfikir dengan cara yang tidak
difikirkan oleh orang lain maka kita musti punya keberanian untuk ‘menjadi
sendiri’, to state alone, untuk berdiri sendiri.
Makanya saya mencoba-coba cari inspirasi dari
Gangnam style. Tidak jelas koreografinya tapi yang jelas satu milyar yang mengklik
(youtube). Kalau dia ikuti cara Justin Timberlake mungkin tidak seperti itu.
Dan kita akan menempuh jalan-jalan yang tidak ada dalam metode untuk memahami
cara kerja partai-partai. Kita akan menempuh jalan itu, insya Allah.
Jadi ikhwah sekalian, bersiaplah untuk berbeda,
bersiaplah untuk menjadi sendiri, bersiaplah untuk tidak sama sama sekali
dengan orang lain. Siap? Siap? Siap? Allahu Akbar !!
PRINSIP YANG KETIGA, ikhwah sekalian, kita harus
mempunyai mindset menyerang, bukan mindset bertahan.
Kita belajar dari khalifah pertama Abu Bakar.
Begitu Rasulullah SAW wafat, wafatnya Rasulullah ini… itu sudah masalah besar
bagi kaum muslimin, masalah kedua adalah pemilihan pemimpin.. itu juga masalah
besar bagi kaum muslimin. Tapi masalah besar ketiga muncul, yaitu pemberontakan
kaum riddah. Sementara Rasulullah punya wasiat untuk mengirim pasukan Usamah,
sehingga datanglah seluruh sahabat untuk merayu Abu Bakar agar tidak memerangi
kaum riddah, hanya mengirim pasukan Usamah tapi tidak melakukan perang kepada
kaum riddah. Tapi Abu Bakar menjawab, “Pasukan Usamah ini harus berangkat
karena ini wasiat Rasulullah, dan semua yang sudah diwasiatkan Rasulullah harus
saya laksanakan. Adapun pasukan riddah ini juga harus kita perangi karena dia
akan mengurangi satu bagian dari ajaran Islam, siapapun yang ingin mengurangi
satu bagian ajaran Islam itu pasti akan saya perangi”. Tapi kaum sahabat terus
menerus merayu agar Abu Bakar untuk tidak melakukan itu, bahkan yang paling
kuat merayu adalah Umar bin Khathab. Sampai sampai Abu Bakar melompat dari
tempat duduknya lalu menarik janggut Umar, “Apakah kamu akan jadi jagoan jaman
jahiliyah dan jadi pengecut di jaman Islam. Demi Allah, kalau tidak ada dari
kaum muslimin yang akan memerangi orang riddah itu kecuali hanya satu orang
prajurit, maka sayalah prajurit itu”.
Otak ekspansi… otak ekspansi… antum perhatikan…
otak ekspansi.
Jadi ikhwah sekalian, kita hanya akan menang
kalau didalam benak kita setiap hari hanya ada satu kata “ekspansi”, hanya ada
satu “menyerang”. Insya Allah kita akan menang.
Jadi kalau kita punya optimisme yang besar, dan
kita berfikir dengan cara yang tidak biasa, dan kita punya otak sebagai
penyerang, insya Allah kita memiliki tiga prinsip untuk memenangkan pertempuran
2014, insya Allah.
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu
Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…
Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu
Akbar…
Subhanallah,
sungguh taujih yang sangat membangkitkan semangat. Adanya masalah tidak berarti
membuat kita terus meratap tapi masalah seharusnya dijadikan sebagai amunisi
untuk kita bergerak maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar