Rabu, 26 Juni 2013

Konsep Revenue Recognition (Perbandingan Indonesian GAAP, US GAAP dan IFRS)

PENDAHULUAN

Pendapatan merupakan salah satu item yang penting dalam laporan keuangan sehingga perlu adanya pedoman untuk mengatur mengenai hal tersebut terutama mengenai pengakuan pendapatan. Setiap negara memiliki pedoman masing-masing yang mengatur masalah pengakuan pendapatan ini yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi negara tersebut. Di Indonesia misalnya, dikenal dengan Indonesia GAAP atau PSAK yang mempunyai aturan berbeda dengan US GAAP atau PSAK milik Amerika terutama dalam hal pengakuan pendapatan.

Saat ini pedoman yang baru yang mengatur mengenai sistem akuntansi terutama khususnya pengakuan pendapatan telah ada, yaitu IFRS. IFRS merupakan solusi baru untuk sistem akuntansi karena mengingat semakin pesatnya lalu lintas bisnis yang melibatkan antar negara, maka diperlukan satu pedoman untuk mengatur itu sehingga tidak terdapat kebingungan dalam hal penerapan sistem akuntansi yang berbeda itu.

Dalam makalah ini dapat dilihat bagaimana perbedaan mengenai aturan pengakuan pendapatan yang diambil dari berbagai sumber. Disini dimaksudkan untuk melihat perbedaan pedoman mengenai pengakuan pendapatan dari masing-masing negara dalam hal ini Indonesia dan Amerika Serikat dan juga melihat dari sisi IFRS mengatur hal tersebut.

 

PENGAKUAN PENDAPATAN

Menurut Suwardjono (2010 : 362-363), pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability) dan keterandalan (reliability). Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan (recognition criteria). Sebagai produk perusahaan, kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk pengakuan pendapatan.

Menurut Kam (1990) dalam Suwardjono (2010 : 368), pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :

1.        Keterukuran nilai aset (measurability of asset value)

2.        Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)

3.        Proses penghimpunan secara substansial telah selesai (substansial completion of the earning process).\

Menurut Sofyan syafri (2008 : 242) bahwa, suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utamanya yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.

Waktu yang dimaksud disini ada empat alternatif, yaitu:

1.        Selama produksi;

2.        Pada saat produksi selesai;

3.        Pada saat penjualan;

4.        Pada saat penagihan kas.

Keempat alternatif ini menurut sofyan syafri sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan, pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran.

 

PENGAKUAN PENDAPATAN BERDASARKAN PSAK

 Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.5) pengakuan dalam pendapatan diterapkan secara terpisah dari setiap transaksi. Namun pada saat-saat tertentu, diperlukan penerapan kriteria pengakuan itu pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari transaksi tunggal, sehingga nantinya akan mencerminkan substansi dari transaksi tersebut.

Penjualan Barang

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.6) Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

(a)    entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;

(b)   entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;

(c)    jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;

(d)   kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan

(e)    biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.

Penjualan Jasa

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.8 – 23.9) Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

(a)    jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

(b)   kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas;

(c)    tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan

(d)   biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Bunga, Royalti, dan Dividen

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.11)Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:

(a)    bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;

(b)   royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan

(c)    dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

 

PENGAKUAN PENDAPATAN BERDASARKAN US GAAP

Menurut Hana dan Danuse (2009), Pendapatan didefinisikan oleh Konsep Pernyataan FASB No 6 (CON 6) - Elemen Laporan Keuangan merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari memberikan atau menghasilkan barang, memberikan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan entitas yang akan berlangsung yang utama atau pusat operasi. Untuk pengakuan pendapatan dua kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria pengakuan pendapatan yang didefinisikan dalam Pernyataan Konsep FASB No 5 (CON 5) - Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Usaha Bisnis. Kriteria mensyaratkan bahwa pendapatan harus disadari atau direalisasi dan harus diperoleh. Pendapatan direalisasi pada saat produk (barang atau jasa), barang dagangan, atau aset lainnya ditukar dengan kas atau klaim terhadap kas. Pendapatan realisasi saat aktiva yang diterima atau yang dimiliki adalah dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim uang tunai. Pendapatan tidak diakui sampai diperoleh. Pendapatan dianggap telah diterima ketika entitas telah secara substansial dicapai yang dilakukan untuk menjadi berhak atas imbalan yang diwakili oleh pendapatan (CON5). Penerapan proses produktif untuk pengakuan pendapatan tampaknya tidak konsisten untuk diterapkan di industri yang berbeda. Keberadaan kebutuhan yang berbeda untuk transaksi ekonomi yang sama mengurangi komparabilitas pendapatan di entitas dan industri. Ada aturan khusus yang berhubungan dengan pengakuan pendapatan perangkat lunak, penjualan barang tetap atau layanan yang disediakan oleh televisi kabel di US GAAP (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 51 Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan Televisi Kabel, SOP 81-1 Akuntansi Kinerja jenis Konstruksi dan jenis kontrak Produksi). Aturan rinci sering mengandung pengecualian untuk jenis transaksi tertentu.

Menurut berbagai sumber, US GAAP pedoman pendapatan pengakuan sangat luas dan mencakup sejumlah besar standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB), Emerging Isu Task Force (EITF), the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan the US Securities and Exchange Commission (SEC). Pedoman cenderung sangat rinci dan sering pada spesifik industri. Sementara proyek kodifikasi FASB telah menempatkan otoritatif US GAAP di satu tempat, itu tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi volume dan /atau sifat pedoman.

Menurut berbagai sumber, bahwa panduan US GAAP pada pengakuan pendapatan atas perangkat lunak memerlukan penggunaan bukti objektif khusus vendor (VSOE) nilai wajar sebelum pendapatan tersebut dapat diakui. Standar Akuntansi Komite Eksekutif (AcSEC) menerbitkan Laporan Posisi - SOP 97-2, Pengakuan Pendapatan Software, untuk memberikan petunjuk pada saat pendapatan pada pengaturan perangkat lunak (seperti lisensi, menjual, menyewakan, atau perangkat lunak pemasaran komputer) harus diakui dan dalam jumlah berapa.

Karena sifat pengaturan perangkat lunak, kebutuhan untuk bukti pengaturan persuasif ditentukan. Ini bukan norma dalam semua penjualan produk, tapi kadang-kadang dapat menjadi kritis untuk pengakuan pendapatan. SEC awalnya mencoba menerapkan kriteria yang sama yang berlaku untuk transaksi pengakuan pendapatan umum bahwa penjual tidak memiliki kewajiban masa depan yang signifikan atau keterlibatan yang terkait dengan penjualan untuk pengaturan perangkat lunak. Kriteria ini terbukti sulit untuk diterapkan pada pengaturan perangkat lunak yang kompleks yang melibatkan campuran dari produk dan jasa tertentu dan  tidak ditentukan dengan biaya tunggal untuk produk  dan jasa. Sebagai hasilnya, SOP 97-2 memberikan banyak panduan yang lebih rinci dan spesifik tentang cara pengaturan account untuk multi-elemen.

Menurut berbagai sumber, bagian pedoman US GAAP pada industri-spesifik dapat menghasilkan hasil yang berbeda dalam US GAAP, untuk transaksi ekonomi yang sama. Misalnya, aktivasi layanan yang disediakan oleh penyedia layanan telekomunikasi sering kali secara ekonomis serupa dengan layanan sambungan yang disediakan oleh perusahaan televisi kabel. Pedoman US GAAP yang mengatur akuntansi untuk transaksi ini, bagaimanapun berbeda. Akibatnya adalah bahwa waktu pengakuan pendapatan untuk  transaksi ekonomi yang serupa ini juga bervariasi.

Menurut Hana dan Danuse (2009), Pengakuan Pendapatan When Right of Return (PSAK 48) menentukan bagaimana suatu entitas harus mencatat pendapatan dalam hal penjualan produk di mana pembeli memiliki hak untuk mengembalikan produk. Pendapatan dari transaksi penjualan diakui pada saat penjualan hanya jika semua persyaratan yang ditentukan dalam PSAK 48 terpenuhi. Bahkan kemudian, penjual harus menambah kembali taksiran dan biaya yang diharapkan. Pendapatan harus dikurangi untuk mencerminkan estimasi kembali. PSAK 5 Akuntansi Kontinjensi menuntut penyisihan untuk kembali membuat pencatatan pendapatan meskipun pihak tertentu yang akan klaim di bawah jaminan tidak dapat diidentifikasi. Pernyataan ini membuat pembebanan perdagangan yang mungkin dan bisa mengakibatkan pelaporan pendapatan lebih tinggi.

Menurut berbagai sumber, berdasarkan US GAAP untuk topik harga kontinjensi bahwa pengakuan pendapatan didasarkan pada ditetapkan atau telah ditentukannya kriteria harga, yang menghasilkan jumlah kontinjensi yang tidak dicatat sebagai pendapatan sampai kontinjensi diselesaikan.

Untuk service transaction, US GAAP melarang penggunaan metode penyelesaian untuk presentase cost-to-cost (kecuali transaksi tersebut secara eksplisit memenuhi syarat sebagai jenis konstruksi tertentu atau kontrak produksi). Kebanyakan layanan transaksi yang tidak memenuhi syarat untuk jenis kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan model proporsional-kinerja.

Singkatnya, masalah utama dalam pengakuan pendapatan berdasarkan US GAAP adalah bahwa lebih dari 100 standar pendapatan dapat menghasilkan hasil yang bertentangan untuk transaksi ekonomi yang sama. Selanjutnya, tidak ada standar umum untuk pengakuan pendapatan.

 

PENGAKUAN PENDAPATAN BERDASARKAN IFRS

Menurut berbagai sumber, IFRS kerangka kerja berisi standar tertentu pada pengakuan pendapatan. Standar ini menjelaskan kriteria pengakuan pendapatan khusus untuk penjualan barang dan penjualan jasa dan bunga, royalti dan dividen. Kriteria pengakuan pendapatan umum untuk masing-masing adalah: kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke entitas, dan bahwa pendapatan dan biaya dapat diukur dengan andal.

Kriteria pengakuan tambahan yang berlaku untuk pendapatan yang timbul dari penjualan barang. IFRS mensyaratkan bahwa penjual telah mengalihkan risiko secara signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli dan mempertahankan tidak keterlibatan manajemen dalam, atau kontrol atas, barang. Pendapatan dari jasa harus diakui dengan mengacu pada keadaan penyelesaian transaksi tersebut pada tanggal neraca. Pendapatan bunga harus diakui atas dasar yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut. Royalti diakui secara akrual, dan dividen diakui pada saat hak pemegang saham untuk menerima pembayaran yang ditetapkan.

 

PERBANDINGAN PENGAKUAN PENDAPATAN

Menurut berbagai sumber, US GAAP pedoman pengakuan pendapatan sangat luas dan mencakup sejumlah besar standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB), Emerging Isu Task Force (EITF), the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan the US Securities and Exchange Commission (SEC). Pedoman cenderung sangat rinci dan sering pada spesifik industri. Sementara proyek kodifikasi FASB telah menempatkan otoritatif US GAAP di satu tempat, itu tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi volume dan /atau sifat pedoman. IFRS memiliki dua standar pendapatan dan empat fokus pendapatan yang diidentifikasikan. Prinsip-prinsip luas yang tercantum dalam IFRS umumnya diterapkan tanpa petunjuk lebih lanjut atau pengecualian untuk industri tertentu.

Sementara Indonesian GAAP mengikuti prinsip-prinsip pengakuan pendapatan yang luas seperti yang berdasarkan IFRS, sejumlah standar berbasis industri masih ada. Beberapa standar industri spesifik sedang atau telah ditarik. Di sisi lain, beberapa pendapatan yang terkait dengan interprestasi IFRS sedang diadopsi.

Menurut berbagai sumber, bahwa panduan US GAAP pada pengakuan pendapatan atas perangkat lunak memerlukan penggunaan bukti objektif khusus vendor (VSOE) nilai wajar sebelum pendapatan tersebut dapat diakui. IFRS dan Indonesian GAAP tidak memiliki persyaratan setara. Bagian pedoman US GAAP pada industri-spesifik dapat menghasilkan hasil yang berbeda dalam US GAAP, untuk transaksi ekonomi yang sama. Misalnya, aktivasi layanan yang disediakan oleh penyedia layanan telekomunikasi sering kali secara ekonomis serupa dengan layanan sambungan yang disediakan oleh perusahaan televisi kabel. Pedoman US GAAP yang mengatur akuntansi untuk transaksi ini, bagaimanapun berbeda. Akibatnya adalah bahwa waktu pengakuan pendapatan untuk  transaksi ekonomi yang serupa ini juga bervariasi. Seperti disebutkan diatas, IFRS dan Indonesian GAAP mengandung minimal pedoman industri spesifik. Sebaliknya, prinsip pendekatan berbasis luas IFRS dan Indonesian GAAP diterapkan di seluruh perusahaan industri.

Topik harga kontinjensi dan faktor-faktornya dalam model pengakuan pendapatan bervariasi antara US GAAP dan dua kerangka kerja lainnya. berdasarkan US GAAP untuk topik harga kontinjensi bahwa pengakuan pendapatan didasarkan pada ditetapkan atau telah ditentukannya kriteria harga, yang menghasilkan jumlah kontinjensi yang tidak dicatat sebagai pendapatan sampai kontinjensi diselesaikan. IFRS dan Indonesian GAAP pada umumnya melihat kemungkinan manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi mengalir ke entitas dan kemampuan untuk mengukur pendapatan tersebut, termasuk pendapatan kontingen. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan waktu pengakuan pendapatan dengan pendapatan yang berpotensi diakui sebelumnya berdasarkan IFRS dan Indonesian GAAP.

Salah satu yang paling umum dalam masalah pengakuan pendapatan harus dilakukan dengan:

1.        Penentuan saat transaksi dengan beberapa penyerahan harus dipisahkan menjadi komponen-komponen

2.        Dengan cara mendapatkan pendapatan yang dialokasikan untuk berbagai komponen.

Sementara konsep-konsep yang luar pada area ini adalah sama dan sering mengakibatkan kesimpulan yang sama di bawah tiga kerangka kerja, potensi kesimpulan yang signifikan yang berbeda juga ada. US GAAP berfokus pada pemisahan rinci dan kriteria alokasi, sedangkan IFRS dan Indonesian GAAP fokus pada substansi transaksi ekonomi. Misalnya, pemisahan kriteria US GAAP menunjukkan bahwa VSOE nilai wajar lebih baik dalam segala situasi yang tersedia. Ketika VSOE tidak tersedia, bukti objektif vendor pihak ketiga dapat digunakan. Pertimbangan yang harus dialokasikan berdasarkan nilai wajar relatif, tapi mungkin dialokasikan berdasarkan metode sisa jika item nilai wajar yang disampaiakan tidak diketahui.

IFRS dan Indonesian GAAP tidak begitu ketat dalam hal bagaimana untuk mendapatkan bukti nilai wajar yang cukup. Sebagai contoh, IFRS dan Indonesian GAAP memungkinkan penggunaan biaya ditambah margin yang wajar untuk menentukan nilai wajar, yang biasanya tidak diperbolehkan untuk tujuan US GAAP. Hal ini bisa mengakibatkan perbedaan antara strandar-standar pada kedua pemisahan dan pertimbangan alokasi dalam beberapa pengaturan yang diserahkan. Pedoman US GAAP sehubungan dengan pengaturan multi-elemen yang sedang dalam proses untuk ditinjau kembali. Sementara beberapa perbedaan dapat dieliminasi sebagai bagian dari proses pembaruan, perbedaan baru dapat dibuat.

Akuntansi untuk program loyalitas pelanggan dapat mendorong hasil fundamental yang berbeda. Persyaratan IFRS untuk mengobati program loyalitas pelanggan sebagai beberapa unsur pengaturan, di mana pertimbangan dialokasikan untuk barang atau jasa dan penghargaan kredit berdasarkan nilai wajar melalui mata pelanggan, yang akan dapat diterima pada tujuan US GAAP. Beberapa pelaporan US GAAP perusahaan menggunakan model biaya tambahan, yang sangat berbeda dari beberapa elemen pendekatan yang diperlukan berdasarkan IFRS. Dalam hal ini implikasinya adalah bahwa IFRS umumnya mengakibatkan penangguhan pendapatan lebih dan keuntungan.

Untuk service transaction, US GAAP melarang penggunaan metode penyelesaian untuk presentase cost-to-cost (kecuali transaksi tersebut secara eksplisit memenuhi syarat sebagai jenis konstruksi tertentu atau kontrak produksi). Kebanyakan layanan transaksi yang tidak memenuhi syarat untuk jenis kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan model proporsional-kinerja. IFRS dan Indonesian GAAP memerlukan penggunaan metode percentage- of completion dalam pengakuan pendapatan berdasarkan perjanjian service kecuali kemajuan menuju penyelesaian tidak dapat diestimasi dengan andal (dalam hal ini digunakan pendekatan zero profit) atau tindakan tertentu yang jauh lebih signifikan dari yang lainnya (dalam hal pengakuan pendapatan ditunda sampai tindakan itu dijalankan).

Perbedaan lain melibatkan kontrak konstruksi karena IFRS dan Indonesian GAAP melarang penggunaan metode completed-contract. Hal ini mungkin tergantung pada fakta yang spesifik dan keadaan yang mengakibatkan percepatan pengakuan pendapatan berdasarkan IFRS dan Indonesian GAAP.

Secara umum, karena perbedaan yang signifikan dalam volume keseluruhan pendapatan yang terkait dengan pedoman, analisis rinci tentang pola fakta yang spesifik diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi perbedaan antara kerangka kerja akuntansi.

Berikut ini adalah tabel perbedaan antara US GAAP, Indonesian GAAP dan IFRS dalam hal pengakuan pendapatan yang dikutip dari berbagai sumber:


 

Tabel 1. Perbedaan US GAAP, Indonesian GAAP dan IFRS dalam hal Pengakuan Pendapatan

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Revenue Recognition – general

Konsep IFRS dan pada tingkat lebih rendah, Indonesia GAAP yang berbasis prinsip sementara US GAAP yang berbasis prinsip, tetapi juga sarat aturan, mungkin lebih jelas daripada di area pengakuan pendapatan

 

Perbedaan mendasar membutuhkan sebuah rincian, analisis berbasis transaksi untuk mengidentifikasi potensi perbedaan GAAP

 

 

Pedoman pengakuan pendapatan secara ekstensif dan termasuk masalah  literatur jumlah yang signifikan yang dikeluarkan oleh penyusun  standar US.

 

Umumnya, fokus pedoman pada pendapatan adalah (i) baik direalisasikan atau  dapat realisasi dan (ii) diperoleh. Pengakuan pendapatan dianggap melibatkan transaksi bursa, yaitu pendapatan tidak boleh diakui samapai transaksi bursa telah terjadi.

 

Konsep-konsep ini lebih mudah, namun ditambah dengan aturan rinci.

 

Dua standar pendapatan utama menangkap semua transaksi pendapatan dalam satu dari empat kategori luas :

-          Penjualan barang

-          Pengolahan  layanan

-          Penggunaan aset entitas lainnya (menghasilkan bunga, royalti, dll)

-          Kontrak konstruksi

 

Secara umum sama dengan IFRS, kecuali:

-          Berdasarkan Indonesia GAAP sejumlah standar industri spesifik (misalnya di jalan tol, perbankan, reksadana, sekuritas perusahaan) masih ada dan

-          Indonesia GAAP tidak termasuk contoh seperti yang digambarkan dalam Lampiran IAS 18.

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Revenue Recognition – general - Lanjutan

 

 

Perbedaan tersebut mungkin memiliki konsekuensi tentang bagaimana perusahaan beroperasi, termasuk, contoh, bagaimana mereka menyatukan berbagai jenis produk dan pelayanan dipasar.

Sebuah diskusi rinci dari industri yang spesifik berbeda dari luar ruang lingkup publikasi ini.  Namun ilustrasi tujuan saja, dicatat bahwa sangat ada bimbingan khusus untuk perangkat lunak pengakuan pendapatan. Salah satu aspek panduan yang berfokus pada kebutuhan untuk VSOE menunjukkan nilai wajar dalam rangka memisahkan unsur-unsur perangkat lunak yang berbeda.  Persyaratan ini melampaui persyaratan nilai wajar umum US GAAP.

 

Kriteria pengakuan pendapatan untuk masing-masing kategori ini termasuk kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada entitas dan yang pendapatan dan biaya dapat diukur andal. Kriteria pengakuan tambahan yang berlaku dalam setiap kategori yang luas.

 

Prinsip-prinsip yang diletakkan dalam masing-masing dari kategori umumnya diterapkan tanpa aturan lebih lanjut yang signifikan dan/atau pengecualian.

 

 

 

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Revenue Recognition – general - Lanjutan

 

Konsep nilai wajar VSOE tidak ada berdasarkan IFRS, sehingga menghasilkan nilai wajar yang rendah pada ambang batas pemisah perangkat lunak berdasarkan IFRS.

 

Sedangkan harga yang secara teratur dibebankan oleh suatu entitas ketika suatu item dijual terpisah merupakan bukti terbaik dari item nilai wajar, IFRS mengakui bahwa kewajaran estimasi nilai wajar (seperti biaya ditambah margin), dalam keadaan tertentu, merupakan alternatif yang diterima.

 


 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Pertimbangan Kontinjensi – umum

 

Pendapatan dapat diakui sebelumnya berdasarkan IFRS dan Indonesia GAAP bila ada kontinjensi yang terkait dengan harga / tingkat pertimbangan.

Pedoman umum yang terkait dengan kontinjensi sekitar pertimbangan yang dibahas dalam SAB topik 13 dan konsep harga penjual kepada pembeli yang tetap atau telah ditentukan.

 

Bahkan ketika pengiriman telah jelas terjadi (atau jasa telah jelas diberikan) SEC telah menekankan bahwa pendapatan terkait pada pertimbangan kontingen  yang tidak boleh di akui sampai kontinjensi teratasi. Tidak akan tepat untuk mengakui pendapatan berdasarkan probabilitas dari faktor yang dicapai.

Untuk penjualan yang baik, seseorang melihat pada kriteria pengakuan umum sebagai berikut :

-       Entitas telah mengalihkan kepada pembeli risiko signifikan dan manfaat kepemilikan

-       Entitas tidak lagi terlibat pada tingkatan manajerial yang biasanya berhubungan dengan kepemilikan atau pengandalian efektif atas barang yang dijual;

-       Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;

-       Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan mengalir ke entitas; dan

 

Sama dengan IFRS

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Pertimbangan Kontinjensi – umum - Lanjutan

 

 

-       Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan yang dapat dikur dengan andal.

Dengan demikian, asumsi bahwa  kriteria pengakuan pendapatan lainnya terpenuhi, IFRS secara khusus menyebut untuk pertimbangan manfaat probabilitas  mengalir  ke entitas sebagai kemampauan untuk mengukur secara andal terkait pendapatan. Jika tidak kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi akan mengalir kepada entitas atau jika jumlah pendapatan tidak dapat diukur secara andal, pengakuan atas bagian kontinjensi akan ditunda sampai saat seluruh kriteria tersebut terpenuhi.

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Pengaturan multipel elemen-umum

 

Meskipun pedoman sering menghasilkan pegolahan yang sama berdasarkan tiga kerangka, diperlukan pertimbangan yang cermat, karena ada potensi perbedaan yang signifikan.

 

Dimana perbedaan memang ada, IFRS dan Indonesia GAAP dapat mengakibatkan pemisahan lebih komponen/elemen, yang dapat menghasilkan pengakuan pendapatan yang lebih awal.

Pengaturan pendapatan dengan beberapa kiriman yang dipisahkan menjadi berbagai unit akuntansi jika pengaturan pengiriman memenuhi semua kriteria yang ditentukan yang dijelaskan dalam panduan. Pengakuan pendapatan ini kemudian di evaluasi secara independen untuk setiap unit yang terpisah dari akuntansi.

 

 

 

Kriteria pengakuan pendapatan ini biasanya diterapkan secara terpisah untuk setiap transaksi. Dalam keadaan tertentu, diperlukan untuk memisahkan transaksi ke dalam komponen  yang diidentifikasi dalam rangka merefleksikan substansi transaksi. Ketika komponen yang diidentifikasi mempunyai nilai yang berdiri sendiri dan nilai wajarnya dapat diukur secara andal, pemisahannya tepat.

 

 

 

Sama dengan IFRS

 


 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Pengaturan multipel elemen-umum - Lanjutan

 

Konsep US GAAP memisahkan potensi unit akuntansi dan mengidentifikasi/mengukur nilai wajar unit potensial akuntansi tampak indikator pasar nilai wajar dan umumnya tidak memungkinkan, contoh, perhitungan estimasi nilai wajar berdasarkan biaya dan diasumsikan  atau  margin yang wajar.

 

Ketika ada obyektif dan bukti nilai wajar dapat diandalkan  untuk seluruh unti akuntansi dalam suatu perjanjian, pengaturan pertimbangan harus dialokasikan ke unit-unit akuntansi terpisah berdasarkan nilai wajar relatif mereka.

Pada saat yang sama, dua atau lebih transaksi mungkin dikelompokkan bersama-sama ketika mereka dihubungkan sedemikian rupa sehingga efek komersial tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada serangkaian transaksi secara keseluruhan.

 

 

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Pengaturan multipel elemen-umum - Lanjutan

 

Ketika nilai wajar dikenal karena tidak item tidak terkirim, tetapi tidak untuk item yang disampaikan, sebuah pendekatan residual bisa digunakan.

 

Metode reserve-residual – Jika obyektif dan bukti item nilai wajar yang disampaikan dapat diandalkan atau tidak ada item yang dihindari kecuali pedoman US GAAP lain yang secara khusus menharuskan disampaikan pada unit akuntansi untuk dicatat sebesar nilai wajarnya dan yang ditandai pada setiap periode pelaporan sesudahnya.

Harga yang dibebankan secra teratur ketika item dijual tersendiri adalah bukti terbaik dari item nilai wajar tersebut. Pada saat yang sama, dalam kondisi tertentu,  pendekatan cost-plus reasonable-margin untuk mengestimasi nilai wajar yang sesuai berdasarkan IFRS.  Dalam situasi yang jarang terjadi, metodologi reserve residual mungkin dapat diterima.

 


 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

 

Mengacu pada panduan terbaru/yang diusulkan pada bagian bawah untuk perubahan yang diajukan US GAAP mengenai pedoman pengaturan multi elemen.

Penggunaan salah satu cost-plus atau metode reserve residual berdasarkan IFRS memungkinkan untuk pemisahan komponen lebih / unsur dari yang dicapai berdasarkan US GAAP

 

Penjualan Jasa – Umum

 

Perbedaan mendasar di sekitar panduan adalah bagaimana pendapatan jasa harus diakui memiliki potensi untuk dampak yang signifikan terhadap waktu dari pengakuan pendapatan.

US GAAP melarang penggunaan metode penyelesaian cost-to-cost percentage untuk mengakui pendapatan berdasarkan pengaturan jasa kecuali kotrak dalam ruang lingkup pedoman khusus untuk konstruksi atau kontrak produksi tipe tertentu.

 

 

IFRS mensyaratkan bahwa transaksi jasa akan dicatat dengan mengacu pada tahap peyelesaian transaksi. Metode ini sering disebut sebagai the

Percentage – of – completion  method. Tahap penyelesaian dapat ditentukan oleh berbagai metode (termasuk cost – to – cost method)

Sama dengan IFRS

 

 

 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Penjualan Jasa – Umum (lanjutan)

 

Umumnya, perusahaan harus menerapkan kinerja model proporsional atau model kinerja lengkap. Dalam keadaan di mana tidak ada ukuran output, ukuran input yang mendekati ke arah perkembangan penyelesaian, mungkin dapat dipergunakan. Pendapatan diakui berdasarkan pola yang jelas dan jika tidak ada maka pendekatan garis lurus mungkin cocok.

 

Pendapatan ditangguhkan di mana hasil transaksi jasa yang tidak dapat diukur secara andal.

Pendapatan dapat diakui secara garis lurus jika jasa dilakukan oleh jumlah yang tidak menentu yang bertindak lebih dari jangka waktu tertentu dan tidak ada metode lain yang lebih baik untuk tahap penyelesaian.

 

Bila hasil transaksi jasa tidak dapat diukur dengan andal, pendapatan mungkin diakui untuk  sebatas biaya yang dikeluarkan yang dapat diperoleh kembali. Artinya metode zero profit yang akan digunakan, sebagai lawan dari metode complete performance.

 


 

Impact

US GAAP

IFRS

Indonesia GAAP

Penjualan Jasa – Umum (lanjutan)

 

 

Pendapatan mungkin harus ditangguhkan, contoh, dimana suatu tindakan tertentu jauh lebih signifikan daripada tindakan lain.

 

Kontrak konstruksi

Metode percentage-completion lebih baik, namun metode kontrak selesai diizinkan dalam kondisi yang jarang terjadi

Dicatat dengan menggunakan metode percentage completion. Metode completed contract tidak diperbolehkan.

Sama dengan IFRS

 


KESIMPULAN

Salah satu yang paling umum dalam masalah pengakuan pendapatan harus dilakukan dengan:

1.        Penentuan saat transaksi dengan beberapa penyerahan harus dipisahkan menjadi komponen-komponen

2.        Dengan cara mendapatkan pendapatan yang dialokasikan untuk berbagai komponen.

Jika diperhatikan dari uraian sebelumnya di atas, sangat jelas bahwa Indonesian GAAP memiliki beberapa kesamaan dalam hal aturan untuk pengakuan pendapatan dengan IFRS, sementara US GAAP mempunyai fokus yang berbeda terutama dalam hal pengakuan pendapatan, yang mana fokus US GAAP itu adalah pemisahan yang rinci dalam hal ini dalah pengakuan pendapatan dan kriteria alokasinya, sedangkan IFRS dan Indonesia GAAP berfokus pada substansi transaksi ekonomi.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sofyan Syafri Harahap. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi Ketiga). Yogyakarta: BPFE.

 

Hana Bohusova dan Danuse Nerudova. 2009. US GAAP and IFRS Convergence In The Area Of Revenue Recognition. Jurnal Economics dan Management.

 

http://www.iaiglobal.or.id

 

http://www.pwc.com

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar