Rabu, 26 Juni 2013

Abu Ayyub al-Ansari


Abu Ayyub al-Ansari (Bahasa Arab:أبو أيوب الأنصاري) adalah Sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia bernama asli Khalid bin Zaid bin Kulayb. Abu Ayyub al-Ansari berasal dari Bani an-Najjar, Ia mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah Rasulullah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Sampai pada zaman Muawiyah bin Abu Sufyan, Ia ikut bertempur melawan kekaisaran Romawi. Ia dimakamkan di Konstantinopel. Pada zaman pemerintahan Muhammad al-Fatih memerintah Kesultanan Utsmaniyah, Ia dijadikan idola sebagai pahlawan yang membebaskan kota Konstantinopel.

Ketika Rasulullah SAW memasuki Madinah, setiap orang berlomba-lomba agar beliau berhenti di rumahnya. Namun, Rasulullah shallallahu SAW menunjuk ke arah untanya dan berkata, “Biarkanlah unta ini. Sesungguhnya unta ini telah diperintahkan.” Di depan rumah Malik bin Najjar, duduklah unta tersebut di dekat rumah Abu Ayub al-Anshari, Khalid bin Zaid. Selama membangun masjid dan rumah, Rasulullah SAW menetap di kediamannya dan Abu Ayub sungguh-sungguh memuliakan kunjungan Rasulullah SAW. Ia bersama istrinya melayani beliau dengan pelayanan sebaik-baiknya. Abu Ayub Al-Anshar juga salah seorang yang turut serta dalam bai’at Aqabah kedua. Istrinya adalah teman dekat Sayidah Aisyah. Tatkala penduduk Mekah membicarakan berita bohong yang menuduh Aisyah berselingkuh dengan pria yang bernama Shafwan bin Mu’atthal, ia bertanya kepada Abu Ayub, suaminya, “Wahai Abu Ayub, apakah engkau sudah mendengar pembicaraan orang tentang Aisyah?” Abu Ayub menjawab, “Ya, demi Allah itu adalah dusta.” Lalu Abu Ayub balik bertanya, “Wahai Ummu Ayub, apakah engkau melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan kepada Aisyah itu?” la pun menyahut, “Demi Allah, aku tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayub kembali berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Aisyah lebih suci dan lebih bertakwa daripada dirimu.” Suatu ketika, pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi tamu di rumah Abu Ayub dan tinggal di ruang bawah, secara tidak disengaja air tumpah ke atas lantai. Ummu Ayub pun takut kalau air itu akan mengenai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun ia tidak menemukan selain sepotong kain sutera yang mahal harganya. Maka, Ummu Ayub pun segera mengambilnya untuk mengeringkan air itu. Semoga Allah meridhai Abu Ayub dan istrinya. Abu Ayub tidak pernah absen dalam satu peperangan pun. Ia memegang teguh firman Allah SWT, “Berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah.” (QS. at-Taubah: 41) Abu Ayub bergabung dengan Ali bin Abi Thalib untuk menghadapi Mu’awiyah karena Ali pada saat itu adalah Imam kaum Muslimin. Pada saat Mu’awiyah berkuasa, ia rindu untuk ikut berperang, sekalipun usianya telah lanjut. Karenanya, ia pun berangkat bersama pasukan Yazid menuju Kostantinopel. Ketika ajal akan menjemputnya, Abu Ayub meminta agar pasukan Muslimin mendekati benteng Konstantinopel bersamanya. Kemudian tentara Islam berperang di hadapannya sampai mereka berhasil meraih apa yang mereka cita-citakan. Abu Ayub pun akhirnya gugur sebagai syahid dan dimakamkan di sana, yang kemudian kuburannya diziarahi oleh orang-orang Romawi seperti menziarahi kuburan seseorang yang dianggap suci oleh mereka.

JANJI NABI MUHAMMAD SAW, MEMBANGKITKAN JIWA MUDA ABU AYYUB AL-ANSHARI.

Dalam suatu riwayat yang mutawatir ( kebenarannya sangat mutlak ) dituturkan oleh Imam Ahmad, dikisahkan Nabi Muhammad dan para sahabatnya duduk dan mengaji, saat itu Beliau Nabi Saw tiba-tiba ditanya tentang kota manakah yang akan takluk terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma, lalu Rasulullah Saw menjawab “Madinnati Hirokla taftahu awalan yakni Kustontiniat”, artinya kotanya kaisar Heraklius yang akan ditaklukan terlebih dahulu yaitu Konstantinopel, lalu Nabi Saw meneruskan Hadisnya “Lataftakhanal Kustontiniat, fa la ni’mal amiru amiruha, wa la ni’mal jaizu zdalika jaiz”, Konstantinopel pasti kalian taklukan, sehebat-hebatnya panglima perang adalah panglima perangnya dan seistimewa-istimewa pasukan adalah pasukan itu, HR. Ahmad. Rasul saw juga menggambarkan bahwa penakluk Konstantinopel adalah seorang laki-laki dengan pasukan yang istimewa.

Saat mendengar penjelasan dari Nabi Muhammad Saw tentang Konstantinopel, Abu Ayyub Al Anshari seakan mendapatkan sesuatu di jiwanya, dia merasa seakan-akan waktu diputar mundur puluhan tahun ke belakang, seakan dia kembali menjadi pemuda dua puluhan tahun, seakan jiwa remaja belasan tahun bangkit dan bergejolak di dadanya. Saat itu juga Abu Ayyub al-Anshari bertekad untuk menjadi sehebat-hebatnya panglima perang dan menaklukkan Konstantinopel

Maka dalam setiap pertempuran baik melawan kafir Quraisy maupun Romawi, Abu Ayyub tidak pernah ketinggalan, dia bahkan hampir saja syahid ketika terjadi perang Mut’ah, saat 3000 pasukan muslim menghadapi 100000 pasukan Romawi di wilayah Palestina.

Kata hikmat Abu Ayyub al-Anshari

"Sekiranya aku syahid disini wahai Yazid (ketua panglima Bani Umaiyyah, kalian kuburkan aku ditepi benteng Konstantinopel, kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja ketika mereka menawan Konstantinopel"

"Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda"











Tidak ada komentar:

Posting Komentar