Rabu, 22 Februari 2012

♣Taman Hati, Taman Surga♣


♣Taman Hati, Taman Surga♣

Pernah ada waktu
Disaat kita terbuai oleh nyanyian cinta semu
Terasa indah memang
Namun…
Membuat segumpal daging bernama hati itu gersang

Pernah ada waktu
Disaat kita tersenyum
Diantara bunga-bunga cinta semu
Hingga membuat bunga-bunga bermekaran di taman hati
Namun…..
Indahnya tak lama bertahan
Karena ianya tumbuh di hati yang gersang itu

Teringatku pada sebuah bait lagu
Perenungan seorang hamba
Tentang cinta yang ia rasa
“apakah itu fitrah atau hanya hiasan nafsu?”

Ku coba juga melakukan perenungan diri
Tentang nyanyian cinta
Tentang bunga-bunga cinta
Tentang cinta yang kita rasai

Hingga tibaku pada satu titik terang
Titik itu semakin hari semakin besar

Ia bernama cahaya Ilahi
Cahaya Rabb kita

Sungguh aku mendamba
Cinta yang tumbuh di taman hati yang subur
Hingga ianya bermekaran
Sampai ke taman surga Rabb kita

Memang ianya sangat butuh kesabaran
Namun disaat ianya telah tumbuh
Karena fitrah dan ridho Ilahi
Disaat itu kita dapat bernyanyi
Diantara bunga-bunga cinta
Di taman hati dengan cinta-Nya
Hingga sampai kita pada taman surga-Nya

Tahukah Kau?


Tahukah Kau?


Tahukah kau?
Ada beberapa detik yang ku gunakan untuk mengingatimu
Waktu itu tak pernah sengaja ku sediakan
Aneh memang….
Namun terkadang
Ingatan ini jadi tak terkendali

Tahukah kau?
Masih jelas tergambar dalam pandangan
Saat-saat pertemuan hati
Hingga tiba kita pada satu komitmen

Ya…..
Komitmen
Untuk meraih cinta-Nya

Tahukah kau?
Batin serasa menangis
Disaat cobaan terus menghampiri
Mungkin bukan “serasa”
Melainkan memang jelas
Butiran bening itu jatuh

Tahukah kau?
Aku selalu optimis
Kita mampu melewati cobaan-cobaan itu
Hingga tiba ku pada satu terminal kesadaran

“Kita tak boleh menyerah”

Tahukah kau?

Tahukah kau?

Tahukah kau?

Aku berharap kau tahu
Dan aku yakin kau pasti tahu
Karena semua tentang rasaku
Cinta…rindu…harapan
Telah ku bingkai menjadi Satu
Ku bungkus dengan doa
Dan ku kirimkan kepada Rabb kita
Untuk nantinya disampaikan kepadamu
Di saat yang benar-benar tepat

Kamis, 16 Februari 2012

♥♥Ini Cintaku♥♥


♥♥Ini Cintaku♥♥

Aku jatuh cinta…
Benarkah ini cinta?
Aku tak tahu pasti
Namun yang pasti aku jatuh cinta…

Terasa damai hati
Terasa tenang jiwa
Berusaha tak ingin mengecewakan
Berusaha untuk berbuat sebaik-baiknya

Sungguh tak ingin rasanya Dia kecewa
Sungguh tak ingin rasanya Dia pergi dari sisi
Tak ingin rasa hampa itu bertandang lagi jika tanpa Dia

Yah….ku akui aku jatuh cinta
Dan kurasakan pula betapa cinta Dia padaku
Sungguh menyesal hati ini kemarin selalu mengabaikan cinta Dia
Yang selalu mencari cinta lain yang ternyata semu

Berulang kali menghianati Dia
Namun berkali-kali pula Dia membuka pintu lebar-lebar untuk aku kembali mencintai Dia

Ya Ilahi Robbi,
Sungguh cinta-Mu begitu sejuk
Tak ada kecewa
Tak ada Kesengsaraan

Wahai Sang Pemilik Cinta hakiki
Izinkan aku terus mencintai-Mu
Jangan biarkan cinta yang lain menguasai hati
Izinkan cinta ini terus tumbuh bermekaran di taman hati
Hingga mekarnya sampai ke taman surga-Mu
Bertemu dengan-Mu
Sehingga mampu ku ungkapkan di hadapan-Mu
Ini cintaku

MEREKA YANG DITANGISI LANGIT DAN BUMI


Kata-kata bumi dan langit menangis jika diperhatikan dalam QS. Ad-Dukhan: 29

“Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh” (Ad-Dukhan: 29).

Bumi dan langit merupakan suatu yang tidak berbadan yang diperlakukan berbadan sebagaimana manusia. Kata-kata menangis itu hanya dimiliki oleh manusia atau makhluk yang lain yang ia memiliki mulut, memiliki mata untuk mengeluarkan air matanya. Apakah hal tersebut dimiliki oleh bumi dan langit? Tentu saja tidak……
Dalam hal ini bumi dan langit diperlakukan sebagai kepribadian seseorang yang bisa menangis bahkan bisa marah.
Bumi dan langit menangis merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang dianggap istimewa baginya itu meninggal, kalau orang tersebut dianggap tidak istimewa baginya maka bumi dan langit tidak akan menangis.
Setiap orang memiliki satu pintu langit. Dari pintu itu mengeluarkan rejeki dan melalui pintu itu diangkat amalan seseorang. Maka langit yang biasa mengucurkan rejeki dari ALLAH akan terhenti jika seseorang yang senantiasa memiliki amal ibadah itu telah meninggal dan langitpun akan menangisinya.
Bumi sangat bahagia ketika dia diinjak oleh hamba ALLAH dan melakukan ibadah diatasnya, yang membuat bumi bahagia adalah karena bisa membantu hamba ALLAH melaksanakan ibadah kepada Robb-nya sebagai wujud ketakwaan. Ketika orang yang selalu melaksanakan ibadah di atas bumi tiada lagi, maka bumipun akan menangis karena kepergiannya.

Tidak dibenarkan jika kita mengatakan bahwa ada orang yang terasing atau hidup dalam keterasingan. Saat ia meninggal tidak ada yang menangisinya atau sedih atas kepergiannya. Padahal sesungguhnya kalau dia itu beriman maka bumi dan langit yang akan menangisinya. Bumi dan langit akan menangisi hamba yang senantiasa beribadah dan beramal sholeh jika ia telah tiada dan bumi dan langit tidak akan menangisi mereka yang selalu melakukan maksiat.
Ada lima perkara yang di sampaikan oleh Rosulullah SAW dihadapan para muhajirin yang Rosulullah berlindung daripadanya agar umatnya tidak terjerumus dalam lima perkara ini, apabila lima perkara ini dilanggar maka akan timbul bencana:
1.  Tidaklah muncul perbuatan keji/zina pada suatu kaum hingga melakukannya secara terang-terangan kecuali ALLAH melimpahkan kepada mereka wabah atau penyakit yang belum pernah menimpa kaum sebelumnya.
2.   Tidaklah suatu kaum itu mengurangi takaran timbangannya kecuali niscaya mereka akan ditimpa dengan ketandusan tanah dan berkuasanya penguasa-penguasa yang dholim.
3. Tidaklah suatu kaum enggan mengeluarkan zakat, kecuali ALLAH akan melimpahkan kepada mereka dengan tidak diturunkannya hujan setetespun.
4.   Tidaklah suatu kaum mengingkari janji. Janji yang dimaksud disini bukanlah janji manusia yang satu dengan manusia yang lain tetapi janjinya kepada ALLAH SWT, yang perjanjian manusia adalah beriman kepada ALLAH dan mengikuti ajaran yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Kalau mereka tidak melaksanakan janjinya dengan ALLAH, maka ALLAH akan mendatangkan musuh-musuh yang datang bukan dari golongan mereka yang akan merampas harta dari tangan-tangan mereka.
5.  Selama para pemimpin tidak mengambil hukum dari AL-Qur’an dan sunnah Rosul kecuali ALLAH akan memberikan mereka kesengsaraan dan perpecahan.

Kita perhatikan kembali kisah umat-umat terdahulu yang dilaknat oleh ALLAH SWT yang kepergiannya tidak pernah ditangisi oleh langit dan bumi.
1.   Kaum Nabi Nuh yang di azab oleh ALLAH karena kemaksiatannya berupa banjir. QS. Al-‘Arāf: 59-64, QS. Asy-Syu’arā: 105-122
2.   Kaum ‘Ad, Kaum Nabi Hud. Dalam QS. Al-A’rāf: 65-72. Asy-Syu’arā: 123-139
3.   Kaum Samud, kaum Nabi Soleh yang tidak mengikuti ajaran Nabi. QS. Al-A’rāf: 73-79. QS. Asy-Syu’arā: 141-158.
4.   Kaum Nabi Lut A.S. yang melakukan sodomi. QS. Al-A’rāf: 80-84, QS. Asy-Syu’arā: 160-173
5.   Kaum Nabi Musa. Yang ALLAH telah memberikan beberapa azab sebelum akhirnya Firaun dan pengikutnya  ditenggelamkan ke lautan, yakni kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, topan, hama belalang, kutu, katak dan air minum mereka berubah menjadi darah. QS. Al-A’rāf: 103-166, QS. Asy-Syu’arā: 10-68
Mereka tersebut adalah termasuk orang-orang yang tidak akan pernah ditangisi oleh bumi dan langit dan lawan dari orang-orang yang durhaka ini adalah orang-orang yang bertakwa.

Kriteria orang-orang yang ditangisi oleh bumi dan langit adalah mereka yang patuh dan taat mengikuti perintah ALLAH.
Kisah teladan yang diberikan oleh Rosulullah SAW, para sahabat dan tabi’in dapat menjadi contoh buat kita bagaimana harus bersikap sebagaimana Rosulullah, para sahabat, dan para tabi’in agar kepergian kita nanti ditangisi oleh bumi dan langit.

Orang yang bertakwa adalah termasuk orang yang ditangisi oleh bumi dan langit. Untuk arti takwa sendiri;
·         Menurut Ali bin Abi Talib, takwa ialah takut kepada ALLAH, qona’ah dengan apa yang diterima, mengamalkan Al-Qur’an dan hadist.
·         Takwa adalah selalu berhati-hati dalam segala perbuatan.
·         Takwa adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang mengandung dosa.
·         Takwa adalah menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangan-Nya.

Ciri-ciri orang yang bertakwa adalah:
1.   Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman/pegangan hidup dan sunnah Rosul sebagai penjelasnya.
2.   Orang yang memiliki konsep/pemahaman keimanan yang benar. Konsep/pemahaman yang benar yang dimaksud adalah sesuai Al-Qur’an dan sunnah dan menjauhi dari hal-hal yang bersifat kesyirikan. Keimanan dalam hal ini adalah tidak hanya mempercayai melainkan juga diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari.
3.   Memiliki tanggung jawab sosial yang bisa tercermin dalam shalatnya. Orang-orang yang melaksanakan shalat namun masih melakukan kemaksiatan, kebohongan maka orang tersebut melaksanakan shalat namun tidak memperoleh esensi dari makna shalat itu sendiri. Karena sesungguhnya shalat itu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.
4.   Memiliki moralitas yang tinggi (QS. Ali-Imron: 134).

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.



5.  Orang yang sabar, pemaaf dan bisa mengendalikan diri sendiri.

Untuk ciri-ciri orang yang bertakwa lainnya dapat diperhatikan dalam QS. Al-Baqarah: 2-4, QS. Ali-Imron: 16-17, QS. Ali-Imron: 134-135 dan QS. Al-A’raf: 201. Dari ciri-ciri orang yang bertakwa tersebut merupakan ciri-ciri orang-orang yang ditangisi oleh bumi dan langit.

Wallahu’alam Bish Showab

Intisari Kajian Kamis Sore HIMMPAS UGM
Oleh. Ustadz Talqis, Lc

Rabu, 15 Februari 2012

♥Rasaku♥

Telah bermekaran hati yang menguncup
Telah tumbuh tunas-tunas barunya lagi
Telah segar kembali hati yang gersang
Laksana disirami air rahmat dari Sang Khalik


Ku tak ingin kesejukan hujan ini berhenti membasahi hati
Ku tak rela ianya pergi 
Hingga membuat gersang timbul kembali


Ya Ilahi Robbi,
Ku titipkan rasa ini kepada-Mu
Rasa yang tak sempat aku cegah
Namun tak ingin aku ungkapkan


Ya Ilahi Robbi,
Telah ku percayakan kepada-MU
Mengatur semua atas hidupku, hatiku dan rasaku
Karena ku percaya akan indah pada waktunya ^_^

Jumat, 10 Februari 2012

DAKWAH


Dalam dakwah terdapat banyak tantangan:

  • Tantangan yang berat akan justru membuat kader dakwah tersebut menjadi militan
  • Tantangan yang hanya berupa semilir angin yang cenderung membuat kader dakwah lupa/tidak/kurang militan, karena terlalu sibuk dengan maisyah duniawi sehingga lupa dengan aktifitas dakwah yang sesungguhnya.
Dakwah adalah mengajak orang lain kepada kebenaran.
Orang yang berhenti dari jalan dakwah/cuti berarti ia dosa karena secara tidak langsung ia membuka peluang ketidakbenaran terjadi oleh orang lain karena berhentinya kita mengajak pada kebaikan.


Dakwah bukanlah orang per orang namun merupakan amalan jama'i yang tergabung dalam sebuah sistem sehingga seseorang dapat menjalankan perannya. Karena sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama dan terencana maka akan memperkuat sesuatu itu dalam hal ini adalah dakwah. Ibaratnya sapu lidi jika hanya digunakan sebatang saja untuk menyapu tentu saja ianya tidak akan mampu membersihkan dan bisa jadi lidi tersebut malah patah, namun jika lidi-lidi tersebut disatukan dan diikatkan dalam satu ikatan maka ianya akan menjadi kuat dan bisa membersihkan kotoran.


Kecenderungan beberapa aktivis dakwah berhenti dengan aktivitas dakwah atau cuti dengan alasan kesibukan dengan maisyah. Ketahuilah bahwasanya kesibukan bukan merupakan alasan untuk berhenti atau cuti dari dakwah.


Ada juga yang belum ingin atau belum siap berdakwah karena merasa belum cukup memiliki ilmu yang bisa digunakan untuk berdakwah. Bahwasanya dakwah tidak harus seorang da'i harus menguasai semua ilmu kemudian baru memulai dakwah. Ilmu yang diberikan adalah ilmu yang dimiliki sesuai dengan apa yang dia kuasai, namun seorang da'i juga harus selalu mengupdate atau belanja ilmu kemudia memberikan lagi pada orang lain/binaan.




KRPH
Ust. Cholid Mahmud

DILEMA PERAN WANITA: ANTARA KARIR & KELUARGA


Sebelum datang (adanya) islam yang menjadi pelita dalam kehidupan manusia, wanita sangat terpinggirkan, wanita dianggap aib sehingga mereka dikubur hidup-hidup. 
Perlakuan orang-orang jahiliyah tersebut diabadikan dalam Al-Qur'an:
‘‘Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, menjadi merah padamlah wajahnya dalam keadaan ia menahan amarah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. (Ia berpikir) apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.’’ (Qs.an-Nahl: 58-59)


Dan apabila anak-anak perempuan tersebut selamat dari perlakuan buruk (di kubur hidup-hidup), maka mereka akan ditindas, dihina, tidak menerima hak waris bahkan justru dijadikan benda warisan dari sang suaminya kepada anak laki-laki suaminya.

Namun dengan datangnya islam, derajat wanita diangkat dan ditempatkan pada kedudukan yang terhormat. Islam menetapkan insaniyyah (kemanusiaan) seorang wanita layaknya seorang lelaki, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‘‘Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan…” (Qs. al-Hujurat: 13)
‘‘Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu, kemudian Dia ciptakan dari jiwa yang satu itu pasangannya. Lalu dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.’’ (Qs. an-Nisa: 1)
Wanita dan laki-laki adalah sejajar, sama-sama memperoleh pahala atau hukuman atas amalan yang dilakukan. Sebagaimana ALLAH SWT berfirman:
“Siapa yang beramal shalih dari kalangan laki-laki ataupun perempuan sedangkan ia dalam keadaan beriman maka Kami akan menganugerahkan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan memberikan balasan pahala kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang mereka amalkan.” (Qs. an-Nahl: 97).

Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam hal pekerjaan, islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan asalkan dikerjakan dengan penuh amal sholeh.

PERAN WANITA
  • Sebelum menikah
Wanita sebelum menikah maupun sesudah menikah mempunyai kewajiban kepada ALLAH, diri, orang tua dan masyarakat. kesemuanya itu mutlak baik bagi laki-laki dan perempuan, namun karena dalam bab ini yang kita bahas adalah mengenai peran wanita, maka akan kita khususkan pada kewajiban wanita.
Wanita perlu melakukan penjagaan diri/mendidik diri sendiri untuk menanamkan dan menjaga keimanan, meningkatkan kualitas atas potensi diri dan melakukan amal-amal islami yang tentunya amalan yang sesuai dengan syariat islam. ALLAH SWT menuntut kita untuk melakukan amal-amal individu (shalat, dzikir, zakat) dan ALLAH SWT juga menuntut kita untuk melakukan amal-amal secara berjamaah (kolektif) dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
Wanita perlu menyiapkan diri terhadap tuntutan zaman. Dalam hal ini wanita tetap mempunyai prinsip sebagai seorang muslimah dan tidak mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat sekularisme. 
Wanita merupakan pelaku dalam perbaikan masyarakat sehingga mengharuskan wanita ikut aktif berinteraksi kepada masyarakat dan menyiapkan diri sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Sebagaimana ALLAH SWT berfirman:
"dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah:71)

Wanita juga perlu menyiapkan diri menjadi seorang istri dan ibu. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari ilmu-ilmu rumah tangga, membaca buku dan bertanya pada yang telah menikah dan menjadi ibu.

  • Sesudah menikah

Seperti dijelaskan sebelumnya, baik wanita yang belum menikah dan sudah menikah mempunyai tanggung jawab kepada ALLAH SWT, diri, orang tua dan masyarakat. Namun terkhusus lagi bagi wanita yang sudah menikah tanggung jawabnya bertambah yaitu kepada Suami dan anak.
Dalam pernikahan, perlu adanya keseimbangan di dalamnya, baik itu kasih sayang, keadilan yang sesuai porsi, kewajiban (mendahulukan kewajiban daripada menuntut hak).

"yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?." (Al-Mulk:3)

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (An-Nisa:1)



"........Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah:228)

"dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Rumm: 21)

Bagi wanita yang sudah menikah dan juga mempunyai pekerjaan diluar rumah tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai istri dan seorang ibu.
Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain:
  1. Melayani suami dengan sepenuh hati, patuh dan setia pada suami. Dalam hal ini mungkin porsinya perlu ditambah agar suami tetap ridho jika kita mempunyai pekerjaan diluar, sehingga tidak beranggapan bahwa pekerjaan menjadi penghalang bagi istri dalam menunaikan kewajiban.
  2. Mampu mengkondisikan diri antara pekerjaan dan rumah tangga.
  3. Dalam hal membelanjakan harta, penghasilan dari istri boleh digunakan tanpa izin dari suami namun boleh juga disedekahkan untuk rumah tangga. Karena pada dasarnya bahwasanya suamilah yang berkewajiban dalam menafkahi istri dan anak-anak.
  4. Menanamkan kepercayaan pada suami, dalam hal ini para istri harus mampu membuat dirinya layak untuk dipercayai oleh suami.
  5. Mengembangkan potensi diri dalam upaya perbaikan masyarakat selama dalam koridor islam (izin suami).
  6. Seorang istri juga harus menutup aib suaminya terhadap orang lain. "Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka." (Al-Baqarah: 187). Dapat kita pahami, bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan kekurangan jasmani manusia, jadi demikianlah pasangan suami – istri, masing-masing pakaian bagi yang lain, artinya mereka harus saling melengkapi, saling menutupi kekurangan dan aib pasangannya. Demikian juga, masing-masing harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
  7. Bagi yang sudah mempunyai anak, wanita dituntut untuk mendidik dan memperlakukan anak-anaknya dengan perlakuan khusus dan memanfaatkan waktu luang untuk anak.


Wallahu'alam Bish Showab

FORUM MUSLIMAH PASCA SARJANA (HIMMPAS UGM)
Oleh: Ustdzh. Seni Helmiati

Selasa, 07 Februari 2012

♥Untukmu yang ditakdirkan untukku♥



♥Untukmu yang ditakdirkan untukku♥


Wahai engkau yang belum nampak dihadapan
Apakah kau sibuk akhir-akhir ini?
Sibuk dengan amanah dakwah yang engkau emban?
Tahukah engkau, telah ku sampaikan pada Matahari, rembulan dan para bintang untuk menemanimu
Sebagai pengganti aku sementara yang seharusnya berada disisimu berjuang dengan amanah itu.

Wahai engkau yang telah ditakdirkan RABB untukku
Apakah kau tersadar di sepertiga malam-NYA?
Bersimpuh dihadap-NYA dengan segala kerendahan diri
semoga kau selalu istiqomah 
Dan doakan agar aku juga selalu istiqomah
Sehingga aku pantas mendampingimu kelak karena kesholehanmu

Wahai engkau yang tetap dalam dekapan cinta Ilahi
Letakkanlah cinta Ilahi di atas segala2nya di dunia ini
Dan doakan aku agar mampu mereguk cinta-NYA jua

Wahai engkau yang istiqomah dengan tilawah Qur'anmu
Sungguh aku mendamba sosokmu dengan ibadah, akhlak, serta agama yang baik dan kuat pada dirimu
Sehingga kau dapat membimbingku lebih dekat lagi dengan RABB kita
Serta bersama-sama menuju surga-NYA kelak

Wahai engkau yang belum sempat menjemputku
Aku tau amanah dakwahmu masih sangat banyak
Tetaplah semangat dengan perjuanganmu
Dan Izinkan aku menunggu sampai saat itu tiba
Saat ALLAH mengikatkan kita dalam ikatan suci cinta-NYA

Minggu, 05 Februari 2012

KERUDUNG MERAH ITU (Bagian 2)


Seiring berjalannya waktu, Aku sudah tidak kepikiran lagi pada gadis berkerudung merah itu. Aku begitu konsen kepada kuliah dan amanah di kampus. Tak ada lagi bayang-bayang akhwat berkerudung merah itu. Bagiku jika ALLAH mentakdirkan untukku seorang akhwat yang selalu hadir dalam mimpi itu, suatu saat pasti akan ketemu juga.

Ujian akhir semester berhasil ku lalui tanpa hambatan. Kali ini memang begitu serius untuk selesai, walaupun masih harus juga menjalankan amanah yang masih menjadi prioritasku. Liburan semester tahun ini aku berencana untuk balik ke pekanbaru. Bayang-bayang akan suasana pekanbaru membuatku rindu ingin pulang.
Aku sudah memesan tiket untuk berlibur ke kampung halaman. Yah harga tiket pesawatnya lumayan mahal, maklum karena sudah memasuki musim liburan anak-anak mahasiswa. Aku bersama ilham menuju Yogya terlebih dahulu untuk menyusul istri ilham. Memang rencananya kami bertiga berencana untuk pulang bersama lewat Yogyakarta.
Hari itu tepat tanggal 2 juli 2011, tepat pukul 06.00 aku dan ilham beserta istrinya berangkat menuju bandara. Nampak wajah kami berseri-seri pagi itu, sepertinya tak sabar untuk bertemu saudara-saudara kami di daerah.

Mas…mas….” Panggil seorang akhwat kepadaku…..
Mbak memanggil saya???”
Iya mas” sambil menyodorkan dompet kepadaku “Ini dompet mas bukan?”
oh iya…kok bisa ada sama mbak?” sambil memeriksa tas untuk memastikan apakah dompet itu milikku atau bukan.
Tadi terjatuh waktu mas turun dari taxi
Terima kasih mbak
iya sama-sama” akhwat itupun berlalu.
Aku baru tersadar yang baru kutemui tadi adalah gadis berkerudung merah “ah gadis berkerudung merah lagi, lupakan…lupakan…lupakan” gumamnya.

Akupun memasuki ruang tunggu di bandara Adi Soecipto, rupanya Ilham dan Istrinya sedari tadi bingung mencariku.
Assalamu’alaikum akhi” sapaku kepada Ilham
Wa’alaikum salam, antum dari mana saja? Kami sampai bingung tadi mencari antum, hp antum ditelpon ga diangkat
Afwan, tadi dompet saya terjatuh akh”
Aku kaget akhwat berkerudung merah tadi sedang berbincang-bincang dengan istri ilham, “akhwat itu teman istri ilham rupanya” gumamku dalam hati.
Ilham rupanya tersadar dengan lirikanku kepada teman istrinya… “ehmm…..jaga mata akh” tegur ilham sambil cengar cengir…
Astaghfirullah ‘al azdim….syukron akh sudah diingatkan…mata ini kurang terjaga” Aku jadi salah tingkah karena teguran sahabatku
Iya akh, gadis berkerudung merah tuh…..hehehe”
“Antum nih, masih juga meledek ana. Tadi ana ketemu di depan, akhwat itu menemukan dompet ana yang terjatuh” jelasku.
“Oh gitu toh…kirain masih kepikiran gadis berkerudung merah
“Ah….ga juga kok akh” Aku tertunduk malu karena sebenarnya saat bertemu dengan akhwat berkerudung merah tadi, bayang-bayang akhwat berkerudung merah menari-nari di ingatanku lagi.
Aku melihat ilham mengotak-atik hapenya, nampaknya dia sedang meng-sms seseorang, tapi aku tidak tahu siapa. Namun yang anehnya ilham dan istrinya saling lirik-lirikkan…hmmm ada-ada saja sepasang sejoli ini, ga tau apa ada temannya disini…..Jadi nyesal juga ikut pulang bareng mereka, aku seperti obat nyamuk saja.

Akh Fajar” istri ilham memanggilku
“Iya ada apa ukh?”
“Ini aku mau kenalin teman saya, namanya Zahra”
“Oh…Assalamu’alaikum ukhti” sapaku
“Wa’alaikum salam….kalau tidak salah, antum yang tadi dompetnya jatuh itu kan?” Tanya akhwat yang bernama Zahra
Iya ukh, syukron sudah menemukan dompet saya”
“Iya afwan”
“Oh rupanya kalian sudah saling kenal ya?” Tanya istri ilham
“Tadi dompet saya jatuh, makanya sempat terpisah sama kalian berdua dan ukhti Zahra yang menemukan dompet saya” jelasku
Oh gitu….oh ya, Zahra ini berasal dari Sulawesi Tenggara, tepatnya dikendari. Sekarang sedang mengambil S2nya disini” jelas istri Ilham
“Oh Sulawesi Tenggara? Kendari? S2?” tanyaku kembali
“Iya…kenapa akh, antum kenal?”
“Emmm…tidak…tapi saya merasa tidak asing saja dengan kota itu”
“Antum pernah ke kendari??” Tanya Zahra
“Emm…tidak ukh, cuman saya pernah bertanya pada seorang akhwat dan dia berasal dari Kendari juga, S2 juga di Yogyakarta”
“Oh iya…saya baru ingat….nama antum Fajarkan? Fajar Setyawan?”
“Iya…kok tau nama lengkap saya??” tanyaku bingung
“Apakah yang antum maksud adalah akhwat yang di Facebook?”
“Iya, dari mana ukhti tau? Atau jangan-jangan akhwat itu ukhti Zahra?” tanyaku agak malu, kalau memang dia orangnya, mau di taruh dimana muka ini.
“Iya, saya akhwat yang antum tanya itu” Jelasnya
Aduh sungguh hari ini aku sangat malu sekali, tapi untunglah dia tidak memakiku didepan ilham dan istrinya.
Sembari menunggu pesawat yang akan kami tumpangi, aku dan ilham asik mengobrol begitu juga dengan Zahra dan Istri Ilham. Masing-masing kami asik dengan topic sendiri. Acara perkenalan berakhir dengan ketahuannya aku akan pesan yang pernah aku kirim ke seorang akhwat yang ternyata itu adalah Zahra. Ahh..sungguh rasanya malu sekali, rasa-rasanya ilmu menahan pandangan yang aku pelajari, yang aku terapkan hari-hari luntur begitu saja karena kesalahan itu. Astaghfirullah Al’adzim…….
Memang tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya sudah ada yang mengatur. Tapi bukan berarti kecerobohan yang aku lakukan tempo hari itu karena sudah di atur, karena aku merasa itu karena aku terlalu mengikuti hawa nafsu.
Tak dapatku percaya memang, akhwat yang pernah aku kirimin pesan lewat facebook tempo hari adalah sahabat Istri Ilham, dan akhwat berkerudung merah dengan wajah yang ditutupi sleyer waktu di Masjid tempo hari juga adalah orang yang sama. Dia adalah Zahra, gadis Kendari yang sedang S2 di Yogyakarta. Dan entah kenapa…jantung ini berdegup kencang.
Pertemuan kami berakhir di Bandara Yogyakarta, walaupun sama-sama menuju Jakarta namun tempat duduk kami berjauhan. Dan kami pulang ke daerah masing-masing, membawa cerita suka dan duka masing-masing.
*********************************************************************************
“Assalamu’alaikum Jar?” terdengar suara Ilham dari seberang sana
‘Wa’alaikum salam akh, afwan udah mengganggu”
“Iya Jar, Apa kabar dirimu?”
“Alhamdulillah saya baik akh, antum gimana?”
“Alhamdulillah juga baik, ada apa akh Fajar? Kayaknya ada hal penting malam-malam begini menghubungiku”
“Iya Akh, ada hal penting yang ingin saya bicarakan padamu. Afwan jika malam-malam menelpon, tapi saya tidak sabar jika harus menunggu besok akh”
“Oh….lantas yang penting tuh apa akh?”
Ku coba menjelaskan semua yang ada dibenakku, mulai dari hal-hal yang pernah aku ceritakan pada ilham, maksudku untuk sekedar mengingatkan kembali dan sampai terakhir pertemuan itu di Bandara. Kuungkapkan semua maksud hatiku, agar sekiranya ilham memberitahu istrinya mengenai kecenderunganku pada sahabatnya Zahra. Yah…niatku sudah mantap untuk ta’aruf dengannya. Harapku semoga dia bersedia. Bersedia untuk menjadi bidadariku di dunia dan di akhirat, bersedia untuk berjuang bersama dalam dakwah ini, bersedia menjadi penyejuk pandanganku dan penentram hatiku.
“Oh, baiklah kalau begitu akh, nanti ana coba diskusikan pada istri ana dan menyampaikan niat baikmu pada Zahra. Semoga ALLAH memudahkan, Aamiinn Ya Robb”
“Aamiinn Allahumma amin, jazakallahu khoir akh. Saya tunggu kabar dari antum. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”
“Jazana Waiyyaka akh, Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”
************************************************************************************************************
Detik berganti detik, menit berganti menit, hari berganti hari dan minggu berganti minggu, tiba saatnya aku harus kembali ke Bandung, melanjutkan kewajiban sebagai pelajar dan bersibuk ria dengan amanah-amanah yang menanti. Liburan di kampung halaman sangat menyenangkan, hingga tak terasa satu bulan berlalu di kota ini, rasanya ingin terus disini, namun kewajiban harus segera dilaksanakan terutama menyelesaikan kuliah. Kakak sudah menagih lagi kapan selesainya aku. Yah..tahun ini aku harus selesai.
“Assalamu’alaikum, akh lagi dimana?” tanya ilham begitu bersemangat, Nampak sekali suaranya terdengar dari seberang sana.
“Wa’alaikum salam. Aku sudah di Bandung akh. Antum dimana? Kenapa belum balik?”
“Hehehe….ana sudah balik, tapi masih tersangkut di Jogya. Maklum akh, istri manjanya kumat lagi”
“Oh gitu…..”
“Oh ya akh, ana ada kabar gembira. Ukhti Zahra bersedia untuk ta’aruf dengan antum”
“Oh ya?” tanyaku tak percaya
“Iya akh”
“Terus, ukhti Zahra dimana sekarang? Apa sudah di Jogya?”
“Iya, beliau sudah di Jogya. Dan kalau di kampus belum ada kegiatan dan perkuliahan belum di mulai, kalau tidak keberatan antum ke jogya dulu hari ini atau besok”
“Iya akh, ana berangkat malam ini juga lewat kereta”
“Wuiihhhh………semangat sekali antum rupanya” goda ilham
“Hehehe…….” Aku hanya bisa tersenyum malu
Sore ini juga aku berangkat menuju stasiun kereta. Entah bagaimana rona wajahku hari ini mengetahui kesediaan Zahra ta’aruf denganku, namun yang pasti perasaan hati ini begitu bahagia, jantung serasa berlomba, padahal baru bersedia ta’aruf, belum juga bersedia menikah. Semoga semua berjalan lancar, semoga mantapnya hati ini sama mantapnya dengan hatinya.
Malam ini aku naik kereta ekonomi menuju Jogya, diperkirakan sampai stasiun Tugu Jogya tepat jam 04.00 pagi. Malam ini aku tidak bisa tidur, maklumlah di kereta kelas ekonomi harus berhati-hati. Kalau sampai terlelap bisa jadi sampai tujuan sudah tidak punya apa-apa.
Seketika aku melihat seorang pria bertubuh agak kekar, gelagaknya begitu aneh. Pria itu mendekati seorang ibu yang tengah tertidur pulas. Nampaknya niatnya tidak baik. Ah benar saja, tangannya mencoba mengambil tas ibu itu. Dengan cepat aku mencegat pria itu, tak bisa ku biarkan dia mencuri sesuatu yang bukan hak dia. Terang saja pria itu marah dan mencoba menyerangku. Pria itu bertambah marah karena serangannya bisa ku hindari, seketika keributan terjadi dalam kereta. Pria itu mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya dan semakin buas menyerangku. Untung saja dulu aku belajar ilmu bela diri, dan saat ini saatnya mempraktekkannya, namun pisau itu tidak bisa ku hindari, pria itu menyerang tanpa ampun, pisaunya mengenai lengan kananku.
Aku mencoba meraih tangannya yang memegang pisau dan pada saat itu aku berhasil melumpuhkannya. Pria itu langsung di amankan oleh petugas Kereta.
“Terima kasih nak, sudah menolong ibu”
“Iya bu sama-sama, lain kali hati-hati bu, jangan sampai terlelap dalam kereta”
“Iya nak, terima kasih sekali lagi, kalau tidak ada kamu mungkin tas ibu sudah raib oleh preman tadi”
“Ah, jangan berkata seperti itu bu, itu sudah kewajiban saya sebagai sesama manusia, apalagi sesama muslim. Allah-lah yang menolong dengan cara menggerakkan hati saya menolong ibu” saya yakin ibu itu muslim, karena jelas ibu itu menggunakan kerudung.
Iya nak, Alhamdulillah. Semoga ALLAH memudahkan setiap urusanmu nak. Oh ya nama kamu siapa nak?”
“Aaminn Ya Robb. Saya Fajar bu”
“Oh nak Fajar, mahasiswa di Jogya ya?”
“Bukan bu, saya mahasiswa di Bandung, saya ke Jogya karena ada urusan yang sangat penting”
“Oh begitu, semoga ALLAH memudahkan urusan penting itu nak”
“Iya bu, aamiinn…..”
************************************************************************************************************
Sesampai di jogya, aku langsung menuju kost-an kawanku dari pekanbaru yang juga kuliah di jogya. Rasanya tak mungkin jika harus menemui ilham, karena kost-an itu punya istrinya. Aku beristirahat sejenak di kost-an kawan dan mengobati bekas sayatan pisau preman tadi di lengan kananku. Awalnya kawanku kaget melihat darah becucuran. Kuceritakan kronologi kejadian sampai membuat aku terluka sambil mengobati lukaku.
“Untung saja dulu kita belajar bela diri” tukasnya menimpali ceritaku. Yah….dulu kami memang sama-sama belajar bela diri sebelum memutuskan untuk kuliah di luar pulau Sumatra. Dia memilih kuliah di Jogya dan aku di Bandung, karena Alm.ayahku adalah orang Bandung, jadi aku ingin tau daerah asal ayahku.
“Ya sudah, kamu istirahat dulu” perintah kawanku yang khawatir dengan luka dan melihat wajah letihku.
“Oke, oh ya, kamu tidak kuliah?”
“Ini mau pergi kuliah, tapi Insya ALLAH ba’da dzuhur sudah balik”
“Okelah kalau begitu, aku istirahat dulu”
‘Ya sudah, saya nak berangkat sekarang. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Sebelum ku penjamkan mataku, terlebih dahulu ku sms Ilham. Sekedar mengabari kalau aku sudah sampai di jogya dan beristirahat sejenak di kost-an kawan. Tak lupa pula ku tanyakan pada Ilham kapan Zahra berniat untuk bertemu dan Alhamdulillah Zahra sempatnya Ba’da Ashar. Setidaknya aku bisa mengembalikan tenagaku sebelum Ashar. Perjalanan semalam dan kejadian dengan preman itu benar-benar menguras tenagaku.
************************************************************************************************************
Waktu sudah menunjukkan hampir waktu ashar. Tenagaku juga sudah pulih dan aku semangat untuk proses ta’aruf hari ini. Sesuai kesepakatan kami akan bertemu di Masjid Nurul Islam. Aku memilih untuk shalat Ashar di sana sekalian, takutnya mereka menunggu lama.
Selesai Shalat Ashar, aku harus menunggu Zahra datang beberapa menit karena dia baru saja selesai kelas hari itu. Tak berapa lama menunggu Zahra datang, dan istri Ilham memberi isyarat dari balik hijab bahwa ta’arufnya sudah bisa dimulai. Semuanya berjalan lancar, dia banyak bertanya padaku dan begitupun aku, masing-masing dari kami menjelaskan kekurangan dan kelebihan yang kami miliki, apa yang kami sukai dan tidak disukai, harapan dan tujuan dalam berumah tangga nanti. Akhirnya kami sama-sama sepakat untuk melanjutkan proses ini. Tak ada lagi istikhoroh Karena sebelumnya kami sudah melaksanakannya dan karena kemantapan itu maka kami memulai proses ini.
“Saya akan kabari orang tua saya di kendari, bahwa saya sudah menemukan yang saya pilih” jelas Zahra dan itu sungguh membuat lega dan juga gugup karena akan berhadapan dengan orang tuanya. Tapi mau tidak mau itu harus saya lewati, karena bagaimanapun juga dia punya wali, yang lebih berhak terhadapnya saat ini dan sebagai laki-laki yang baik tentunya harus meminta kepada orang tua sang gadis dengan cara yang baik-baik pula. Jika ALLAH ridho, insya ALLAH semua jalan akan dibukakan. Bismillah……
Bersambung…….