Minggu, 20 Februari 2011

TAK KU TEMUKAN DIRIMU DI SHALAT ISTIKHARAHKU

Hari ini hari sabtu. Seperti biasanya jam 6.30 Nissa berangkat ke kampus untuk mengikuti kajian rutin yang diadakan di masjid kampus yang biasa dilaksanakan setiap tiga kali seminggu, yakni selasa (khusus akhwat), kamis dan sabtu yang dimulai dari pukul 06.30.
Annisa adalah seorang mahasiswi pasca sarjana yang berasal dari sulawesi tenggara. Setelah berhasil menyelesaikan studinya di salah satu Universitas di Sulawesi Tenggara, ia langsung mendaftarkan diri ke UGM dengan mengambil jurusan komunikasi di fakultas ilmu politik.
Pagi itu setelah meminta izin kepada sang kakak, Nissa langsung segera menstarter motornya dan berangkat. Subhanallah, ia sungguh sangat bersemangat sekali untuk mencari ilmu akhirat. Baginya itu adalah bekalnya nanti, karena tanpa ilmu dia seperti orang yang berjalan tanpa arah. Lantaran semangatnya menuntut ilmu islam, Nissa sampai tidak semangat untuk kuliah. Yah, mungkin disitulah letak kesalahan Nissa, yang seharusnya menyeimbangkan keduanya. Untung saja ada orang tuanya yang selalu menyemangatin Nissa dan juga nasehat dari sang kakak yang saat ini tinggal berdua djogya dengannya.

Alhamdulillah, sampai juga di masjid yang dituju....untung saja kajiannya belum di mulai, kalau terlambat sedikit saja, tulisan dblognya nanti tidak bakalan lengkap. Sabtu itu tepatnya tanggal 25 Desember 2010, agenda materi yang akan di bahas adalah tentang Kitab Riyadushsholihin. Annisa begitu hikmat memperhatikan penjelasan dari sang Ustadz, tapi walaupun begitu setiap ada akhwat yang baru datang dan kebetulan duduk di dekatnya, Nissa tetap dengan ramah tersenyum dan mengucapkan salam. Yah, Nissa selalu berupaya untuk menerapkan sunnah Rosul yang satu ini, yaitu senyum karena senyum juga merupakan sedekah.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, itu pertanda kajian pagi itu harus di akhiri. Dan semua jamaah kembali kepada rutinitas dunia seperti biasanya.
Annisa begitu senang berada di kota Gudeg ini, karena sebagian besar warganya sangat sadar akan pentingnya menuntut ilmu islam tanpa harus di paksa-paksa mereka datang sendiri dengan semangatnya. Yah, inilah yang selalu didambakan oleh Nissa, berada di antara orang-orang yang religius, seperti lagunya Opick_Tombo Ati, bahwa salah satu obat hati adalah berkumpul dengan orang-orang sholeh dan alhamdulillah impiannya terwujud. Emm, kalau di pikir-pikir dulu, Nissa mesti di paksa untuk melanjutkan kuliah di Jogya, dengan terpaksa akhirnya Nissa mau juga. Tapi setelah sampai di jogya, Nissa malah kerasan karena suasana jogya yang islami.

Setelah kajian pagi itu berakhir, Nissa tidak langsung pulang. Nissa terlebih dahulu melaksanakan shalat Dhuha 8 rakaat setelah itu dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an, Nissa membaca surah-surah cinta dari ALLAH SWT yang sangat dia sukai. Nissa begitu sangat menyukai Surah Ar-Rohman, Al-Waqiah, Al-Mulk, Al-Kahfi, Nuh dan Yassin. Namun pagi itu Nissa hanya membaca Surah Ar-Rohman, Al-Waqiah, Al-Mulk dan Nuh.
Dalam surah Ar-Rohman ayat 19-20 yang artinya, 19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, 20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Nissa teringat akan sungai yang berada dalam laut yang terletak di suatu negara, namun airnya tidak bercampur. Subhanallah...Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan ????

Annisa tersentak, hatinya serasa sejuk, karena saat itu seperti biasanya dia mendengar seseorang membaca Al-Qur’an begitu sangat merdunya. Nissa begitu penasaran siapa ikhwan yang mempunyai suara yang merdu itu, yang membuat hatinya sejuk saat mendengarnya melantunkan ayat suci AL-Qur’an. Ayat-ayat cinta yang di turunkan oleh ALLAH Sang Pemilik Cinta Yang Agung untuk hamba-hamba-Nya. “Seandainya, ALLAH mentakdirkan aku dengan sang ikhwan. Mungkin akulah wanita yang beruntung” bisik Nissa dalam hatinya, namun Nissa buru-buru beristighfar.
Waktu telah menunjukkan pukul 10.15, tak terasa ia sudah terlalu lama di dalam masjid, Nissa sampai lupa kalau pagi itu belum sarapan. Nissa kemudian bergegas ke parkiran tempat motornya di parkir. Seperti biasa Nissa tak lupa memakai perkakasnya (hehehehe) mulai dari sarung tangan, penutup wajah, karena hari itu cuaca subhanallah panas pisan euy....
Nissa kemudian menstarter motornya, namun sayang motornya ga mau di ajak kompromi....sampai lelah nissa mencoba. “Ya ALLAH tolong Nissa” gumam Nissa dalam hatinya.

Assalamu’alaikum, ada apa ukhti ???” seorang ikhwan menegur Nissa, mungkin nampak di lihatnya Nissa sedang dalam kesusahan.
“Wa’alaikum salam, motor ana ga bisa nyala mas, ga tau kenapa”
“Oh afwan, bisa ana bantu ukh ???”
“Dengan senang hati mas, hatur nuhun sebelumnya”, “Alhamdulillah, ya ALLAH, Engkau telah mengirim jundi-Mu untuk menolongku” Gumam Nissa dalam hatinya.
“Oh ini karena businya basah ukhti” ucap sang ikhwan sambil mengelap busi yang berhasil dia buka.
“Oh gitu ya mas, ana ga tau....ana taunya cuman pake doang” Ucap Nissa sambil menertawakan dirinya dalam hati.
Motor pun coba distater oleh sang ikhwan...alhamdulillah motornya dah ga ngambek lagi.
“Alhamdulillah ukhti, sudah bisa nih”
“syukron jiddan mas”
“Iya Ukhti, Ma’syukri” ucap sang ikhwan datar banget.........tapi tetap senyum...emm senyum ga yach ?? soalnya Nissa sama sekali tidak berani melihat wajah sang ikhwan.
Sang ikhwan pun berlalu, segera masuk ke dalam masjid.....”Afwan mas, namanya siapa ???” wah ternyata Nissa penasaran juga nama sang ikhwan, ya jelas dong, kan udah di tolongin, sombong banget kalau nama ajha ga bs di tanyain.
Sang Ikhwan yang belum terlalu jauh menoleh, ”Furqon” dan kemudian berjalan kembali masuk ke dalam masjid.
Nissa hanya tersenyum simpul sendiri dan segera beranjak dari tempat itu untuk pulang.

Hari-hari pun berlalu, setiap datang kajian Nissa tidak pernah lagi bertemu dengan sang ikhwan yang bernama Furqon itu. Namun Nissa tidak mempermasalahkannya karena Nissa lebih tertarik mendengar suara seorang ikhwan yang selalu membaca AL-Qur’an sehabis Dhuha. Hatinya betul-betul sejuk mendengarnya walaupun begitu dia juga tidak berusaha mencoba untuk mencari tahu siapa orang yang mempunyai suara merdu itu, karena bagi Nissa mendengarkannya saja sudah cukup tanpa perlu harus tahu siapa orangnya.

Waktu itu hari selasa, sesuai jadwal ada kajian khusus akhwat di masjid yang sama. Nissa bertemu dengan seorang akhwat pada saat kajian tersebut belum di mulai, mereka berkenalan...
“Assalamu’alaikum ukhti” sapa seorang akhwat dengan wajah yang teduh, subhanallah tanda wanita sholehah insya ALLAH.
“Wa’alaikum salam wr wb ukhti” jawab Nissa sambil tersenyum ramah
“Kenalin, nama aku Aisyah”
“Oh senang berkenalan dengan ukhti, nama aku Annisa ukh”
“kuliah dimana ukh ???”
“Aku mahasiswi UGM jurusan Komunikasi, klo anti ??”
“Aku di UNY ukh jurusan Komunikasi juga sama ma ukhti Nissa”
“wah kalau gitu kita bisa saling sharing dong, angkatan berapa ukh ??”
“Aku angkatan 2009 ukh, kalau ukhti ???”
“Aku angkatan 2010 ukh. Asalnya dari mana kalau boleh tau ??”
“Wah adik tingkatku dong ukh....hehehehe....aku asli dari Boyolali ukh, kalau ukhti sendiri dari mana ??”
“Hehehehe jangan salah ukh, aku lebih kakak dari ukhti, soalnya aku disini lanjutin kuliah. Aku teh dari sulawesi tenggara ukh”
“Oh berarti ngambil s2 dong, subhanallah...hebat ya. Dari sulawesi tenggara ukh ?? tapi kok logatnya sunda ukh??
“Ah ga hebat ukh, hanya udah rezeky aku disini mah. Hehehehe Eyang aku orang sunda ukh, jadi kadang suka terpengaruh”
“oh gitu”
Tanpa terasa mereka berdua sudah begitu akrab, padahal baru saja berkenalan 5 menit yang lalu. Subhanallah ukhuwah dalam islam memang luar biasa.

Annisa dan Aisyah semakin hari semakin akrab, hingga pada suatu hari ketika di LDK Aisyah mengadakan kajian, Nissa pun turut diundangnya. Karena pada dasarnya Nissa adalah muslimah yang begitu bersemangat mengejar akhirat, dia sama sekali tidak merasa canggung untuk memenuhi undangan sahabat barunya itu.
Setiba di UNY, Nissa langsung saja masuk ke dalam musholla tempat kajian akan di adakan. Sambil menunggu Aisyah yang masih sibuk dengan persiapan untuk kajian di sekretariat LDK, Nissa membuka Al-Qur’an yang dibawanya. Baru saja membaca satu ayat, tiba-tiba batin Nissa tersihir dengan suara merdu yang sama didengarnya di masjid kampus UGM. Suara yang selalu membuat hati Nissa menjadi tenang. Nissa menghentikan bacaan Al-Qur’annya dan mendengarkan dengan khusu’ lantunan suara itu, tanpa terasa air mata Nissa mengalir, karena kandungan dari surah Al-Mulk yang dibaca begitu sangat dihayatinya.
“Assalamu’alaikum mbak Nissa” Sapa Aisyah yang sedari tadi memperhatikan Nissa dari jauh terdiam sendiri.
“Wa’alaikum salam mbak, ah mbak buat aku jadi kaget” sambil mengusap air matanya dan tersenyum pada sahabatnya itu.
“Kok kaget sich mbak ??? menghayal ya ?? hayoo hayalin apaan ??” gurau Aisyah...
“Enak ajha menghayal, ga dong mbak. Aku dengerin bacaan Al-Qur’an yang dilantukan barusan oleh ikhwan tadi. Subhanallah indah sekali” sambil tersenyum simpul malu.
“Oh gitu toh.....yang tadarus barusan tuh mas saya mbak. Namanya mas Furqon”
“Furqon ???” Nissa kaget, karena nama itu tidak asing baginya.
“Iya mbak. Mbak kenal ???”
“Emmm.....iya aku kenal mbak, dia pernah menolong membetulkan motor aku yang mogok”
“Oh jadi yang di tolong mas Furqon waktu itu mbak Nissa ??? Mas Furqon pernah cerita mbak, dia agak menyesal kenapa lupa menanyakan nama mbak waktu itu”.
Lama berbincang-bincang, tiba-tiba ketua panitia berbicara bahwa kajian akan segera di mulai. Semua ikhwan dan akhwat begitu hikmat mendengarkan materi kajiannya dan begitu antusias bertanya. Subhanallah sungguh sangat bersemangatnya mereka. Inilah yang membuat Nissa menjadi semakin betah berada di kota gudeg ini.
Setelah kajian selesai, karena kajian memang di agendakan sampai waktu Ashar. Aisyah dan Nissa bergegas keluar dari mushollah, tiba-tiba Aisyah di panggil oleh seorang ikhwan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
Aisyah segera menghampiri sang kakak, tak beberapa lama Aisyah memanggil Annisa, ternyata Aisyah bermaksud memperkenalkan Annisa pada sang kakak.

Ternyata awal pertemuan mereka antara Annisa dan Furqon memiliki rasa ketertarikan, maka di mulailah ta’aruf di antara mereka berdua, tentu saja lewat perantara sang adik (Aisyah).
Furqon adalah mahasiswa UNY fakultas ilmu politik jurusan komunikasi juga, dia angkatan 2005 dan setahun lebih tua dari Annisa. Furqon adalah seorang ikhwan yang cerdas, hanya saja dia begitu sibuk dalam LDK dan dakwah di luar kampus sehingga membuatnya menunda untuk menyelesaikan kuliah S1nya.
Furqon ingin sekali menikah secepatnya, karena takut akan godaan dunia yang begitu sangat menjadi-jadi. Annisa pun juga seperti itu.
Annisa kemudian mengutarakan maksudnya pada orang tuanya di sulawesi, namun sayang orang tua Nissa menginginkan Nissa untuk menyelesaikan S2nya terlebih dahulu. Tapi jika memang ingin segera menikah, orang tuanya menginginkan sang calon suami harus minimal lulusan S1. Kriteria suami tidak perlu kaya karena pada dasarnya keluarga Nissa dan Nissa sendiri adalah keluarga yang sederhana yang tidak mementingkan harta di atas segala-galanya yang terpenting yang menjadi pendamping sang anak adalah laki-laki yang sholeh namun dengan syarat harus selesai minimal S1 serta telah bekerja.

Hal itu kemudian disampaikan pada Furqon, namun Furqon tidak bisa menunggu lama karena pada dasarnya kuliah Furqon masih setahun lagi, dan untuk soal kerjaan, Furqon sama sekali tidak masalah karena Furqon memang telah bekerja.
Annisa pun menyarankan Furqon untuk ta’aruf dengan akhwat lain yang bersedia menikah secepatnya. Namun Furqon tidak mau karena ia sudah menyimpan rasa cinta kepada Annisa dari pertama kali mereka bertemu di masjid kampus UGM.

Annisa semakin bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Dia coba lagi membicarakan pada orang tuanya, namun orang tuanya tetap kekeh dengan keputusan awal.
Annisa juga sebenarnya berat mengikhlaskan Furqon untuk ta’aruf dengan akhwat lainnya, karena ia juga mencintai Furqon semenjak mendengar suara merdu Furqon saat membaca Al-Qur’an.
Dalam pandangan Annisa, Furqon adalah ikhwan yang sempurna. Dia penghafal Al-Qur’an, bahasa arabnya sempurna, bacaan Al-Qur’an dan tartilnya subhanallah sempurna bagi Nissa, Furqon pun juga seorang hamba ALLAH yang berhati lembut, kesehariannya subhanallah sungguh menerapkan sunnah Rosul karena begitu cintanya ia pada Rosul ALLAH, tapi tentu saja ada beberapa kelemahan pada diri Furqon karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, namun hal itu tidak menjadi masalah untuk Nissa, karena kekurangan itu tertutupi dengan kesholehan Furqon.

Seperti biasa, di sepertiga malam Nissa bangun untuk melaksanakan shalat sunnah Qiyamul Layl dan selanjutnya diteruskan dengan witir 3 rakaat. Setelah itu Nissa bermunajah kepada ALLAH, Sang Pemilik Cinta Yang Agung. Air matanya mengalir, ia begitu terhanyut dalam doa-doanya.....
Ya ALLAH, Ya Robbi........
Ampuni dosa-dosa hamba
Dosa kedua orang tua hamba
Dan dosa orang-orang mukmin

Ya ALLAH
Jangan lepaskan dan jauhkan hamba dari hidayah-MU
Jadikan hamba sebagai hamba-Mu yang senantiasa bersyukur setiap detiknya atas Rahmat dan nikmat yang Engkau berikan.

Ya ALLAH
Hamba tidak punya daya apapun tanpa bantuan-MU
Hamba lemah tanpa-MU
Ya ALLAH
Hamba jatuh cinta
Dan aku tahu Engkau lebih tahu dengan perasaan hamba
Berilah petunjuk kepada hamba ya ALLAH
Jika Mas Furqon adalah yang aku butuhkan dan terbaik untukku serta aku terbaik untuk mas Furqon,
Maka satukanlah kami dalam cinta-MU yang suci

Sungguh Engkau lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hamba-MU
Aamin Allahumma Aminn......

Doa itupun yang selalu di panjatkan di setiap shalat istikhorohnya...mungkin itulah pertama kalinya dia shalat istikhoroh...
Setelah lima kali shalat istikhoroh dia menemukan jawaban atas doanya. Nissa tersenyum atas jawaban doanya tersebut, inilah yang terbaik buat Nissa dari ALLAH ^_^.

Kemudian Nissa menghubungi Aisyah saudara perempuan Furqon. Nissa ingin berbicara hal penting dengan Furqon. Aisyah pun mengatur tempat dan waktu mereka bertemu.

Pertemuan ditetapkan di musholla UNY tempat mereka mengadakan kajian waktu itu. Tanpa mengulur-ulur waktu Nissa membuka pembicaraannya dan ini sungguh sangat berat untuk Annisa karena dalam diam ia begitu mencintai Furqon dan begitu pula dengan Furqon.
“Mas, ana sudah beberapa kali kompromi dengan ortu ana, tapi keputusannya tetap saja. Ana juga sudah istikharah.....5 kali ana melakukan shalat istikharah, ana mendapat jawaban dari doa ana. Mungkin ini berat untuk ana sendiri, sungguh sangat berat....” Nissa menghentikan kata-katanya, dadanya begitu sesak, air matanya jatuh. Nissa sungguh tidak kuat harus mengambil keputusan karena ia sudah terlanjur cinta dengan ikhwan yang ada di depannya itu.
Furqon pun hanya terdiam, air matanya juga jatuh...untung tidak terlihat karena musholla itu menggunakan pembatas untuk ikhwan dan akhwat. Furqon tidak mampu berkata-kata, dia sudah bisa menebak apa yang akan diutarakan oleh akhwat yang dengan diam juga ia cintai.

“Maafkan Nissa mas. Nissa tidak bisa melanjutkan ta’aruf kita. Nissa tidak menemukan mas di istkharah Nissa” melanjutkan kata-katanya yang sempat terhenti.
seperti yang sudah Nissa katakan dari kemaren-kemaren, silahkan mas ta’aruf dengan akhwat lainnya.....insya ALLAH Nissa ikh...lass”
“Iya ukhti, jika itu sudah menjadi keputusan ukhti dan juga merupakan jawaban dari ALLAH, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sungguh ini sangat berat bagi aku uhkti, ukhti pasti tau kenapa begitu berat, tapi jika itu yang harus terjadi, ya sudah saya terima keputusan ukhti” dada Furqon benar-benar sesak mengatakan hal itu pada Annisa, tapi apa boleh buat. Inilah yang seharusnya, mereka berdua tidak dapat melawan takdir bahwa mereka berdua tidak ditakdirkan untuk bersama terikat dalam suatu mahligai yang suci atas ridho ALLAH.


S E L E S A I